Seperti tahun-2 sebelumnya, kali ini usai shalat Asyar banyak murid-2 dan guru-2 berkerumun di mushola. Sebagian berwajah sumringah bercanda dengan temannya, sebagian lagi berwajah kuyu seperti kehabisan tenaga dan pikiran. Murid-2 dan guru-2 berwajah sumringah berbunga-bunga adalah yang berasal dari sekolah-sekolah favorit yg selalu lulus 100 % dalam mengikuti UAN selama bertahun-tahun. Sementara yg kuyu kehabisan tenaga dan pikiran, rata-rata berasal dari sekolah tidak favorit bahkan jadi langganan tidak lulus UAN murid-muridnya. Maklum, sebelum hari H pelaksanaan UAN, sekolah-2 tidak favorit itu sudah membuat lelah tenaga dan pikiran serta keuangan murid-2 karena murid-2 harus ikut program khusus puasa, istighotsah, ziarah kubur, ngalap barokah, melekan di makam keramat, dan amaliah ruhani lain dengan hasil murid-2 malah kelelahan tenaga dan pikiran saat pelaksanaan UAN.
Sore itu, Guru Sufi tidak ada karena sedang pergi ke luar kota. Sufi tua yang mewakili Guru Sufi tidak memberi wejangan khusus melainkan hanya mengacungkan jempol kepada guru-2 sekolah favorit yg dianggap telah melakukan tindakan 'bantuan darurat' dalam pelaksanaan UAN. Menurut Sufi tua, siapa di antara manusia yg memberi pertolongan dan bantuan bagi orang-orang yg mengalami kesulitan, maka manusia itu akan menuai kebaikan dan pahala.
Sukijo, guru dari sekolah tidak favorit tersinggung dengan penjelasan Sufi tua. Sambil menggeram ia mencela tindakan guru-2 yg melakukan 'bantuan darurat' dalam menghadapi UAN. "Saya heran, bagaimana pakde bisa menilai baik guru-2 yg melakukan tindakan tercela itu?" seru Sukijo protes.
"Tercela atau tidak itu tergantung dari sudut mana orang melihat Jo," sahut Sufi tua tenang.
"Tergantung dari sudut mana?" tukas Sukijo berapi-api,"Siapa pun orang pasti sepakat bahwa membantu murid-2 menyelesaikan soal-2 UAN adalah tercela, salah, kriminal, nista. Tidakkah pakde tahu, untuk kelancaran dan kemulusan pelaksanaan UAN pemerintah sampai melibatkan polisi, pengawas, pemantau, dosen-2... Saya tidak faham jalan pikiran pakde dalam kasus UAN ini."
"Jo..Jo, kamu menganggap tindakan guru-2 membantu murid menyelesaikan soal-2 UAN itu sebagai tindakan tercela, kriminal, nista, dan salah karena kamu menganggap UAN sebagai tindakan legal yang benar-2 didasari iktikad baik mencerdaskan kehidupan bangsa. Tidakkah kamu mendengar penjelasan Mbah Kyai kemarin dulu tentang ilegalitas UAN? Oleh karena kamu tidak menyimak dan tidak nurut dawuh Mbah Kyai karena pikiranmu sudah keblinger akibat asumsi yg salah, maka tanggunglah resikomu sendiri."
"Saya belum bisa menerima pandangan pakde," tukas Sukijo tidak terima,"UAN tahun ini justru sangat baik pelaksanaannya, meski ada isu kebocoran soal di sana sini."
"Apa kamu yakin naskah UAN tidak bocor?" tukas Dullah ikut menyahut.
"Pasti tidak bisa bocor, karena naskah dikawal polisi."
"Kamu yakin para polisi tidak punya anak yang ikut UAN?" tanya Dullah mendesak.
"Sebagai manusia, pasti para polisi punya anak yg ikut UAN,' sahut Sukijo.
"Apa kamu yakin bahwa para polisi itu yakin seyakin-yakinnya bahwa anaknya pasti lolos UAN dengan nilai tinggi?" sergah Dullah mendesak.
Sukijo diam.
"Apa kamu yakin para pengawas, dosen, pemantau, wartawan, guru yg punya anak-anak ikut UAN itu percaya 100% anak-anak mereka akan lulus dengan NEM tinggi?" sergah Dullah mendesak.
"Aa..ee.." gumam Sukijo bingung.
"Apa kamu yakin kepala sekolah dan guru-2 di sekolah-2 favorit meyakini jika murid-2 mereka 100% bisa lulus UAN dengan nilai tinggi? Apa kamu pernah merasakan bagaimana cemas dan bingungnya kepala sekolah dan guru-2 sekolah favorit harus mempertaruhkan prestise dan harga diri saat menghadapi UAN?" tanya Dullah bertubi-tubi.
Sukijo akan menjawab sekenanya pertanyaan Dullah. Namun sebelum ia buka mulut, Sufi tua menyergah,"Jo..Jo, bagaimana menurutmu jika ada imam sholat batal tapi masih terus memimpin sholat...apa kamu masih ikut terus sholat imam batal itu?"
"Yo pasti tidak pakde, wong imam batal kok. Ya harus diganti yg lain karena sholatnya sudah tidak sah."
"Lha bagaimana dengan UAN yg jelas-2 melanggar hukum?" sahut Sufi tua,"Kenapa kamu masih ikuti terus aturan yg dibikin para pelanggar hukum? Bagaimana kamu mencela orang-2 yg tidak patuh terhadap aturan-2 yg ditetapkan oleh pelanggar hukum itu sebagai tindakan nista, salah, bahkan kriminal?"
Sukijo diam. Dullah ketawa. Murid-2 dan guru-2 sekolah favorit ketawa. Semua ketawa di tengah Sukijo bersungut-sungut karena sejak siang dilapori murid-muridnya yg tidak bisa menjawab soal-soal UAN dan ngawur mengisi jawabannya.
Sore itu, Guru Sufi tidak ada karena sedang pergi ke luar kota. Sufi tua yang mewakili Guru Sufi tidak memberi wejangan khusus melainkan hanya mengacungkan jempol kepada guru-2 sekolah favorit yg dianggap telah melakukan tindakan 'bantuan darurat' dalam pelaksanaan UAN. Menurut Sufi tua, siapa di antara manusia yg memberi pertolongan dan bantuan bagi orang-orang yg mengalami kesulitan, maka manusia itu akan menuai kebaikan dan pahala.
Sukijo, guru dari sekolah tidak favorit tersinggung dengan penjelasan Sufi tua. Sambil menggeram ia mencela tindakan guru-2 yg melakukan 'bantuan darurat' dalam menghadapi UAN. "Saya heran, bagaimana pakde bisa menilai baik guru-2 yg melakukan tindakan tercela itu?" seru Sukijo protes.
"Tercela atau tidak itu tergantung dari sudut mana orang melihat Jo," sahut Sufi tua tenang.
"Tergantung dari sudut mana?" tukas Sukijo berapi-api,"Siapa pun orang pasti sepakat bahwa membantu murid-2 menyelesaikan soal-2 UAN adalah tercela, salah, kriminal, nista. Tidakkah pakde tahu, untuk kelancaran dan kemulusan pelaksanaan UAN pemerintah sampai melibatkan polisi, pengawas, pemantau, dosen-2... Saya tidak faham jalan pikiran pakde dalam kasus UAN ini."
"Jo..Jo, kamu menganggap tindakan guru-2 membantu murid menyelesaikan soal-2 UAN itu sebagai tindakan tercela, kriminal, nista, dan salah karena kamu menganggap UAN sebagai tindakan legal yang benar-2 didasari iktikad baik mencerdaskan kehidupan bangsa. Tidakkah kamu mendengar penjelasan Mbah Kyai kemarin dulu tentang ilegalitas UAN? Oleh karena kamu tidak menyimak dan tidak nurut dawuh Mbah Kyai karena pikiranmu sudah keblinger akibat asumsi yg salah, maka tanggunglah resikomu sendiri."
"Saya belum bisa menerima pandangan pakde," tukas Sukijo tidak terima,"UAN tahun ini justru sangat baik pelaksanaannya, meski ada isu kebocoran soal di sana sini."
"Apa kamu yakin naskah UAN tidak bocor?" tukas Dullah ikut menyahut.
"Pasti tidak bisa bocor, karena naskah dikawal polisi."
"Kamu yakin para polisi tidak punya anak yang ikut UAN?" tanya Dullah mendesak.
"Sebagai manusia, pasti para polisi punya anak yg ikut UAN,' sahut Sukijo.
"Apa kamu yakin bahwa para polisi itu yakin seyakin-yakinnya bahwa anaknya pasti lolos UAN dengan nilai tinggi?" sergah Dullah mendesak.
Sukijo diam.
"Apa kamu yakin para pengawas, dosen, pemantau, wartawan, guru yg punya anak-anak ikut UAN itu percaya 100% anak-anak mereka akan lulus dengan NEM tinggi?" sergah Dullah mendesak.
"Aa..ee.." gumam Sukijo bingung.
"Apa kamu yakin kepala sekolah dan guru-2 di sekolah-2 favorit meyakini jika murid-2 mereka 100% bisa lulus UAN dengan nilai tinggi? Apa kamu pernah merasakan bagaimana cemas dan bingungnya kepala sekolah dan guru-2 sekolah favorit harus mempertaruhkan prestise dan harga diri saat menghadapi UAN?" tanya Dullah bertubi-tubi.
Sukijo akan menjawab sekenanya pertanyaan Dullah. Namun sebelum ia buka mulut, Sufi tua menyergah,"Jo..Jo, bagaimana menurutmu jika ada imam sholat batal tapi masih terus memimpin sholat...apa kamu masih ikut terus sholat imam batal itu?"
"Yo pasti tidak pakde, wong imam batal kok. Ya harus diganti yg lain karena sholatnya sudah tidak sah."
"Lha bagaimana dengan UAN yg jelas-2 melanggar hukum?" sahut Sufi tua,"Kenapa kamu masih ikuti terus aturan yg dibikin para pelanggar hukum? Bagaimana kamu mencela orang-2 yg tidak patuh terhadap aturan-2 yg ditetapkan oleh pelanggar hukum itu sebagai tindakan nista, salah, bahkan kriminal?"
Sukijo diam. Dullah ketawa. Murid-2 dan guru-2 sekolah favorit ketawa. Semua ketawa di tengah Sukijo bersungut-sungut karena sejak siang dilapori murid-muridnya yg tidak bisa menjawab soal-soal UAN dan ngawur mengisi jawabannya.
You have read this article with the title Yang pusing dan yang gembira hadapi UAN. You can bookmark this page URL http://khagussunyoto.blogspot.com/2012/10/yang-pusing-dan-yang-gembira-hadapi-uan.html. Thanks!
No comment for "Yang pusing dan yang gembira hadapi UAN"
Post a Comment