Bakdal shalat Isyak lima orang asal Lampung dan dua orang asal Sumsel bersama sekumpulan orang asal Sulsel, Kaltim, Jabar, dan Jatim menghadap Guru Sufi. Dengan tangisan dan ratapan pedih mereka mengadukan kemalangan nasib yang mereka alami akibat kezhaliman centeng-centeng, body guards, preman-preman, tukang kepruk, marsose-marsose peliharaan Compagnie (perusahaan dagang) yang ganas melebihi hewan buas. “Kami betul-betul tertekan karena terus-menerus diteror dengan macam-macam intimidasi sampai kekerasan fisik,” kata Made Tualen, warga Lampung.
“Benar Mbah Kyai,” sahut Adi Sangut, warga Sumsel menyela,”Kami diusir seperti hewan. Malah di antara kami yang melawan disembelih seperti kambing. Kami mohon perlindungan, Mbah Kyai.”
Satu demi satu orang-orang terzhalimi itu mengungkapkan berbagai permasalahan mengerikan yang berpangkal dari keserakahan Compagnie yang dengan kekuatan ekonominya membeli apa pun untuk melampiaskan keserakahannya. Warga masyarakat yang tidak faham perubahan tatanan global yang mengubah konsep Negara menjadi pasar, tidak tahu harus berbuat apa dan mengadu ke mana saat menghadapi keganasan kaki tangan Compagnie yang buas, ganas, haus darah, tak kenal ampun. “Selama bertahun-tahun hidup di pengungsian karena rumah dan tanah kami dirampas Compagnie, hidup kami selalu diliputi terror dan intimidasi serta tindak-tindak kekerasan. Kami tidak tahu harus mengadu ke mana karena kami seperti tidak punya pelindung lagi,” kata Kadek Delem.
Di tengah hiruk orang-orang mengadukan nasib malangnya, tiba-tiba berhembus angin yang diikuti kelebatan bayangan-bayangan kabur coklat kemerahan melintas di depan Guru Sufi. Orang-orang terdiam. Suasana mendadak senyap. Hening. Aneh.
Sufi Jadzab yang duduk di samping Guru Sufi mendadak menangis. Suaranya memecah keheningan, “Kalian hewan-hewan malang, kalian telah dibantai oleh orang-orang musyrik pemuja berhala. Jiwa kalian penasaran ingin membalas kejahatan pembantai kalian. Kemarilah anak-anak malang.”
Orang-orang heran melihat Sufi Jadzab yang seperti berbicara dengan sesuatu yang tidak terlihat mata. Tapi Sufi Sudrun buru-buru memberitahu bahwa Sufi Jadzab sedang berbicara dengan jiwa puluhan orang hutan yang dibantai Compagnie milik orang Malaysia di Kaltim. Orang-orang pun manggut-manggut meski masih heran dengan penjelasan Sufi Sudrun.
Setelah suasana tenang, Guru Sufi berkata,”Perlu kalian fahami, bahwa Compagnie beserta begundal-begundal dan antek-anteknya yang telah menzhalimi kalian, sejatinya adalah orang-orang musyrik pemuja dan penyembah berhala. Maksudnya, meski secara formal mereka itu beragama Islam, Kristen, Katholik, Buddha, Hindu, Konghucu tetapi secara hakiki mereka itu bukanlah penyembah dan pemuja Tuhan Yang Maha Kuasa, Tuhan Yang Absolut, Yang sekali-kali bukan materi bendawi. Mereka itu pemuja dan penyembah berhala, thaghut, materi dengan berbagai bentuk dan perwujudannya. Mereka adalah penyembah materi duniawi seperti uang, perhiasan, jabatan, mobil, dan berbagai benda yang mempesona dan menghijab mereka dari Kebenaran Ilahi. Mereka itu tidak memiliki kaidah-kaidah, norma-norma, nilai-nilai ruhaniah agama tertentu yang bertumpu pada moralitas. Bahasa mereka itu hanya satu: kehendak untuk berkuasa dengan mengumbar semua nafsu yang didasari semangat Homo Homini Lupus!”
“Oleh karena musuh yang kalian hadapi adalah serigala berkepala manusia, maka larilah kalian kepada Sang Pencipta Yang Maha Kuasa. Larilah kalian untuk meminta perlindungan dan pembelaan dari-Nya. Berdoalah kalian kepada-Nya, karena Dia mengabulkan doa orang-orang yang teraniaya. Mintalah kalian kepada-Nya untuk tidak sekedar melindungi kalian, melainkan menghukum para penjahat musyrik itu dengan siksa-Nya yang paling pedih.”
“Kami mohon pusaka doa, Mbah Kyai,” sahut orang-orang hampir berbarengan.
“Dengan hati berdarah diliputi derita kesengsaraan akibat kezhaliman orang, berdoalah kalian sambil menangis kepada-Nya dengan doa ini: YAA QOHHIIRU DZALBATSYISY SYADIID ANTA LADZII LAA YUTHOQUU INTIQOMA … Bacalah berulang-ulang sepuas hatimu. Yakinlah bahwa Yang Maha Perkasa Pemilik siksa yang pedih akan membalaskan sakit hatimu dengan balasan yang tak terbayangkan.”
“Mohon Tanya, Mbah Kyai,” sahut Doyok minta penjelasan,”Apakah doa ini bisa digunakan oleh yang lain, maksudnya diamalkan oleh orang zhalim?”
“Doa ini untuk diamalkan oleh siapa pun di antara manusia lemah tak berdaya yang dizhalimi dengan semena-mena oleh kaum musyrikin. Kalau orang musyrik zhalim membaca doa ini, maka hukuman Tuhan pun akan lebih cepat datang menghancurkan dirinya,” sahut Guru Sufi.
“Benar Mbah Kyai,” sahut Adi Sangut, warga Sumsel menyela,”Kami diusir seperti hewan. Malah di antara kami yang melawan disembelih seperti kambing. Kami mohon perlindungan, Mbah Kyai.”
Satu demi satu orang-orang terzhalimi itu mengungkapkan berbagai permasalahan mengerikan yang berpangkal dari keserakahan Compagnie yang dengan kekuatan ekonominya membeli apa pun untuk melampiaskan keserakahannya. Warga masyarakat yang tidak faham perubahan tatanan global yang mengubah konsep Negara menjadi pasar, tidak tahu harus berbuat apa dan mengadu ke mana saat menghadapi keganasan kaki tangan Compagnie yang buas, ganas, haus darah, tak kenal ampun. “Selama bertahun-tahun hidup di pengungsian karena rumah dan tanah kami dirampas Compagnie, hidup kami selalu diliputi terror dan intimidasi serta tindak-tindak kekerasan. Kami tidak tahu harus mengadu ke mana karena kami seperti tidak punya pelindung lagi,” kata Kadek Delem.
Di tengah hiruk orang-orang mengadukan nasib malangnya, tiba-tiba berhembus angin yang diikuti kelebatan bayangan-bayangan kabur coklat kemerahan melintas di depan Guru Sufi. Orang-orang terdiam. Suasana mendadak senyap. Hening. Aneh.
Sufi Jadzab yang duduk di samping Guru Sufi mendadak menangis. Suaranya memecah keheningan, “Kalian hewan-hewan malang, kalian telah dibantai oleh orang-orang musyrik pemuja berhala. Jiwa kalian penasaran ingin membalas kejahatan pembantai kalian. Kemarilah anak-anak malang.”
Orang-orang heran melihat Sufi Jadzab yang seperti berbicara dengan sesuatu yang tidak terlihat mata. Tapi Sufi Sudrun buru-buru memberitahu bahwa Sufi Jadzab sedang berbicara dengan jiwa puluhan orang hutan yang dibantai Compagnie milik orang Malaysia di Kaltim. Orang-orang pun manggut-manggut meski masih heran dengan penjelasan Sufi Sudrun.
Setelah suasana tenang, Guru Sufi berkata,”Perlu kalian fahami, bahwa Compagnie beserta begundal-begundal dan antek-anteknya yang telah menzhalimi kalian, sejatinya adalah orang-orang musyrik pemuja dan penyembah berhala. Maksudnya, meski secara formal mereka itu beragama Islam, Kristen, Katholik, Buddha, Hindu, Konghucu tetapi secara hakiki mereka itu bukanlah penyembah dan pemuja Tuhan Yang Maha Kuasa, Tuhan Yang Absolut, Yang sekali-kali bukan materi bendawi. Mereka itu pemuja dan penyembah berhala, thaghut, materi dengan berbagai bentuk dan perwujudannya. Mereka adalah penyembah materi duniawi seperti uang, perhiasan, jabatan, mobil, dan berbagai benda yang mempesona dan menghijab mereka dari Kebenaran Ilahi. Mereka itu tidak memiliki kaidah-kaidah, norma-norma, nilai-nilai ruhaniah agama tertentu yang bertumpu pada moralitas. Bahasa mereka itu hanya satu: kehendak untuk berkuasa dengan mengumbar semua nafsu yang didasari semangat Homo Homini Lupus!”
“Oleh karena musuh yang kalian hadapi adalah serigala berkepala manusia, maka larilah kalian kepada Sang Pencipta Yang Maha Kuasa. Larilah kalian untuk meminta perlindungan dan pembelaan dari-Nya. Berdoalah kalian kepada-Nya, karena Dia mengabulkan doa orang-orang yang teraniaya. Mintalah kalian kepada-Nya untuk tidak sekedar melindungi kalian, melainkan menghukum para penjahat musyrik itu dengan siksa-Nya yang paling pedih.”
“Kami mohon pusaka doa, Mbah Kyai,” sahut orang-orang hampir berbarengan.
“Dengan hati berdarah diliputi derita kesengsaraan akibat kezhaliman orang, berdoalah kalian sambil menangis kepada-Nya dengan doa ini: YAA QOHHIIRU DZALBATSYISY SYADIID ANTA LADZII LAA YUTHOQUU INTIQOMA … Bacalah berulang-ulang sepuas hatimu. Yakinlah bahwa Yang Maha Perkasa Pemilik siksa yang pedih akan membalaskan sakit hatimu dengan balasan yang tak terbayangkan.”
“Mohon Tanya, Mbah Kyai,” sahut Doyok minta penjelasan,”Apakah doa ini bisa digunakan oleh yang lain, maksudnya diamalkan oleh orang zhalim?”
“Doa ini untuk diamalkan oleh siapa pun di antara manusia lemah tak berdaya yang dizhalimi dengan semena-mena oleh kaum musyrikin. Kalau orang musyrik zhalim membaca doa ini, maka hukuman Tuhan pun akan lebih cepat datang menghancurkan dirinya,” sahut Guru Sufi.
You have read this article with the title Doa Khusus Bagi Orang-2 Yang Dizhalimi. You can bookmark this page URL http://khagussunyoto.blogspot.com/2012/10/doa-khusus-bagi-orang-2-yang-dizhalimi.html. Thanks!
idzin mengamalkan :) Qobiltu
ReplyDeletehttp://koemboeng.blogspot.com