Kenapa Sudah Bisa Bikin Tank Masih Beli Tank Bekas?

Sejak pemerintah berencana membeli tank-tank Leopard bekas dari Belanda, Sufi tua sering kedapatan menggerutu dan marah-marah. Entah atas alasan apa, Sufi tua menilai rencana itu sebagai pemborosan yang menghamburkan uang Negara, tidak berbeda dengan kasus-kasus renovasi ruang banggar DPR, renovasi sekretariat Negara, renovasi toilet DPR, dll. Khawatir tak bisa mengendalikan diri akibat kemarahan tidak tersalurkan, Guru Sufi dan para sufi mengajak Sufi tua   untuk membincang rencana pembelian tank-tank bekas itu. 

            Ketika ditanya tentang alasannya tidak suka dengan rencana pemerintah membeli tank-tank Leopard bekas ke Belanda, Sufi tua dengan suara tinggi menjawab bahwa Indonesia sebagai Negara kepulauan tidak membutuhkan tank-tank kelas berat seperti Leopard yang dibutuhkan untuk medan tempur di Negara-negara benua. “Kita butuh tank-tank medium dengan dukungan infanteri, karena medan di Indonesia sesuai dengan tank medium yang lincah dan mampu bermanuver di tanah berlumpur. Dan yang lebih penting, PT Pindad sudah bisa memproduksi sendiri panser-panser dan tank-tank medium. Untuk apa beli tank bekas yang tidak cocok dengan medan tempur kita?” kata Sufi tua tegas.

          “O iya pakde,” sahut Dullah menimpali,”Kalau tidak salah, saya pernah baca di Koran kalau  Brunei dan Malaysia sudah pesan panser medium ke PT Pindad..?”

    “Itu benar,” sahut  Sufi tua membenarkan,”Brunei Darussalam sudah pesan Panzer APS 20 ke PT Pindad. Malaysia juga sudah pesan 23 buah Panzer Anoa APC Type Canon 6x6.”

            “Tapi pakde, bagaimana pun tentara kita kan butuh tank-tank berat?” kata Dullah.

    “Zaman sudah berubah Dull,” sahut Sufi tua.

    “Berubah bagaimana, pakde?” tanya Dullah tidak faham.

    “Dalam pandangan kemiliteran klasik, kendaraan jenis tank dikategorikan menjadi tiga kelas yaitu  kelas ringan, sedang dan berat. Yang bisa diproduksi PT Pindad adalah tank-tank kelas ringan dan kelas sedang (medium). Yang kelas berat belum bisa membuat. Sekarang ini sedang melakukan penjajagan dengan Turki dan Korea selatan,” ujar Sufi tua menjelaskan.

            “Kalau begitu, beli tank kelas berat kan relevan, pakde?” tukas Sukiran menyela.

    “Itu pandangan klasik, Ran.”

    “Klasik bagaimana maksudnya, pakde?” gumam Sukiran ingin tahu.

    “Tank kelas berat lebih sulit dikalahkan dibanding tank kelas medium dan ringan. Tank kelas berat lebih hebat daripada tank kelas medium dan ringan. Itu pikiran kuno. Fakta sudah berubah, sehingga pandangan paradigmatic juga harus diubah,” kata Sufi tua.

    “Maksudnya?”

    “Tank bisa kalah dengan pasukan infanteri yang membawa senjata anti tank,” kata Sufi tua.

    “Lho apa iya toh pakde?’ sahut Sukiran heran.

    “Kamu tahu tank-tank merkava-4 bikinan Israel yang menjadi kebanggaan Negara Yahudi dan saat unjuk kemampuan membuat terpesona Turki dan Amerika?” tanya Sufi tua.

    “Ya, saya pernah dengar kehebatan tank-tank kelas berat itu pakde.”

    “Bagaimana faktanya dalam pertempuran di Aita Syib dan Khiyam di Lebanon?”

    “Ee apa waktu melawan pejuang Hizbullah?” tanya Sukiran.

    “Ya itu maksudku.”

    “Yang saya tahu, pasukan Israel kalah. Tank-tank merkava-4 hancur. Tapi cerita detailnya saya tidak faham, pakde,” kata Sukiran.

    “Ya benar,  saat angkatan darat Israel tiga hari memasuki kawasan Khiyam dan Aita Syib di Lebanon dengan didukung 35 tank merkava-4, ternyata berantakan dihadang para pejuang Hizbullah. 23 tank merkava-4 jungkir balik, hancur berantakan. Pasukan di dalam tank keluar dan menjadi bulan-bulanan senapan Kalashnikov dan senapan sniper Anti material tank. Tank-tank kelas berat merkava-4 kebanggaan Israel itu, ternyata dihancurkan pejuang-pejuang Hizbullah Al-Qassan yang menggunakan bom jenis ‘Shawaz-4’. Bahkan ada info, sebagian pejuang Hizbullah itu menggunakan senapan SPR 3 bikinan PT Pindad,” kata Sufi tua.

    “Senapan SPR 3?” sahut Dullah menyergah,”Apa pula itu pakde?”

    “Itu Senapan Penembak Runduk (SPR) atau senapan sniper anti material tank yang memiliki kualitas internasional. Senapan SPR 3 bikinan PT Pindad ini bisa menembus baja yang tebalnya 3 sentimeter dari jarak 900 meter. Jadi SPR dan RPG jika disatukan akan lebih dahsyat dibanding tank-tank kelas berat yang  sulit bergerak lincah,” kata Sufi tua.

    “Kalau begitu, kang, perlu uji coba,” sahut Sufi Sudrun mendadak.

    “Maksud uji coba?” gumam Sufi tua.

    “Sebelum tank-tank Leopard bekas itu dibeli,” kata Sufi Sudrun serius,”Hendaknya dia diuji coba untuk berhadapan dengan pasukan infanteri yang membawa SPR 3, RPG, Bazooka, dan bom Shawaz 4. Jika Leopard benar-benar kebal dan berhasil melewati ujian, bolehlah dibeli dengan anggaran Negara. Kalau ternyata Leopard tidak mampu menghadapi senjata-senjata yang mampu menembus baja itu, ya untuk apa dibeli. Buang-buang duit Negara saja.”

    “Iya pakde,” sahut Dullah heran,”Kenapa sih orang kita itu senang sekali membeli produk asing sekali pun bekas?”

    “Benar pakde,” kata Sukiran menimpali,”Kita itu selalu suka beli barang bekas: pakaian bekas, pesawat F-16 bekas, kereta KRL bekas, kapal perang bekas, sekarang tank bekas. Kenapa kita tidak bangga dengan produk sendiri?”

    “Itu sih setahuku ada kaitan dengan komisi. Kalau beli kepada bangsa sendiri, tidak ada komisi. Tapi kalau beli dari Negara lain pasti ada komisi. Bahkan barang hibah pun, dicatat sebagai beli bekas, seperti diberi hibah Jepang kereta api tapi ditulis beli,” kata Sufi tua.

    “Ooo ternyata UUD juga ya pakde?” sahut Dullah manggut-manggut
You have read this article with the title Kenapa Sudah Bisa Bikin Tank Masih Beli Tank Bekas?. You can bookmark this page URL http://khagussunyoto.blogspot.com/2012/10/kenapa-sudah-bisa-bikin-tank-masih-beli.html. Thanks!

3 comment for "Kenapa Sudah Bisa Bikin Tank Masih Beli Tank Bekas?"

  1. indonesia belum bisa bikin tank. jangan sebut kendaraan beroda rantai dengan tank. ntar buldozer di bilang tank lagi

    ReplyDelete
  2. indonesia uda bisa bikin tank medium gan, googling aj banyak artikelnya

    ReplyDelete
  3. mang kapan indonesia udah bisa buat tank? yg kerjasama turki aja belum selesai2. indonesia butuh tank MBT karena kualitas MBT2 buatan negara2 NATO bagus dan indonesia sampai sekarang fokus pada pengembangan panser dan tank ringan untuk angkut personil dan kanon dan itu tidak akan bisa menandingi MBT tp untuk keperluan mekanis ya, jd indonesia butuh tank MBT seperti halnya negara2 lain. lalu soal f16, mang indonesia udah bisa buat pesawat tempur atau hanya lisensi pesawat angkut ringan? nah kalo mobil sm motor udah bisa itu, kira2 yg mengkritk pake mobil atau motor buatan mana? jangan sampai kita kepengaruh orang2 yg tidak suka modernisasi alutsista, salah satu pengadaan alutsista dari luar bahkan mendapatkan teknologi dan bisa diproduksi di dalam negeri

    ReplyDelete