Di tengah hiruk memanasnya situasi perselisihan antara Amerika dengan Iran yang berpangkal pada program pengayaan uranium dan latihan tempur Iran di Selat Hormuz, para aktivis HAM, pekerja sosial, dan pegiat lingkungan datang ke pesantren sufi memohon kepada Guru Sufi untuk membincang masalah tersebut dengan para sufi. Mereka khawatir krisis akibat perselisihan Iran dengan Amerika yang menyeret Uni Eropa dan Negara-negara Amerika Latin itu akan berdampak serius pada rakyat Indonesia. Mereka ingin tahu bagaimana pandangan para sufi mengenai krisis itu.
Seperti senapan AK-47 menghamburkan peluru, para aktivis itu secara ganti-berganti mengemukakan pandangan-pandangan, prediksi-prediksi, kecemasan-kecemasan, dan kemungkinan-kemungkinan buruk terkait ketegangan yang kian memuncak itu, seperti kemungkinan pecahnya perang di Teluk Hormuz, harga minyak dunia yang meroket, meningkatnya konflik Syiah-Sunni, perang nuklir yang menghancurkan dunia, meningkatnya jumlah pengungsi Iran ke Australia lewat Indonesia, dan sebagainya. Johnson selaku kordinator, mengemukakan pandangannya seperti ini,”Ini baru saja harga minyak dunia naik, sudah membuat pemerintah kita mengambil kebijakan-kebijakan tidak popular yang potensial menyengsarakan rakyat seperti mobil pribadi tidak boleh membeli BBM bersubsidi.”
“Benar Mbah Kyai,” sahut Bambang menyela,”Sehari setelah Rusia mengingatkan bahwa memasuki tahun 2012 ketegangan Amerika-Iran memuncak, di Madura sudah ada pesantren Syiah diserang massa. Setelah itu, bom-bom bunuh diri meledak di berbagai tempat yang menjadi hunian orang Syiah.”
“Ekonomi akan semakin terseok-seok, Mbah Kyai,” tukas Ronaldhino dengan khawatir,”Soalnya, menurut Pak Kurtubi, pengamat perminyakan, akibat krisis Teluk, harga minyak bakal melambung hingga mencapai US$ 150 per barel. Itu kiamat Mbah Kyai.”
Di tengah hiruk saling sahut-menyahut dalam membincang krisis Iran-Amerika, tiba-tiba Sufi Jadzab tertawa terkekeh-kekeh sambil menyatakan bahwa sejatinya di balik krisis yang menegangkan antara Iran dengan Amerika, terselip skenario tegang-tegangan, ancam-ancaman, gertak-gertakan dengan muara Amerika dan Uni Eropa mengeruk keuntungan besar. “Jangan kalian terkecoh oleh permainan sandiwara badut-badut kaliber dunia yang bertujuan menggaruk keuntungan dari krisis,” kata Sufi Jadzab terkekeh-kekeh.
“Panggung sandiwara bagaimana Mbah Sufi? Apa sampeyan pikir Amerika tidak serius menekan Iran?” tanya Johnson.
“Whahaha, aku juga belum tahu pasti apakah Amerika serius atau sekedar main gertak-gertakan,” kata Sufi Jadzab menjelaskan,”Tapi teman-temanku para jin dari Baghdad memberitahu bahwa keadaan panas di Selat Hormuz itu sejatinya hanya permainan Amerika dengan tujuan memperbaiki perekonomiannya yang mengalami krisis. Rupanya, Iran terprovokasi dan unjuk kekuatan beneran.”
“Lha kok bisa begitu jalan pikiran teman jin sampeyan, mbah?” tukas Bambang.
“Begini,” Sufi Sudrun tiba-tiba menyela,”Ungkapan beliau bahwa Amerika hanya bersandiwara dalam krisis dengan Iran, tidaklah salah.”
“Lha tidak salahnya di mana kang?” sahut Johnson.
“Ketika Iran bangkit dengan kemarahan, ada tidak Negara tetangganya yang gemetar ketakutan?” Tanya Sufi Sudrun.
“Yang pasti Arab Saudi gemetar,” kata Johnson dan Ronaldhino hampir bersamaan,
“Apa sampeyan belum tahu kalau Amerika diam-diam telah menawarkan pesawat tempur berteknologi tinggi dan helikopter senilai US$ 60 miliar kepada Arab Saudi?” kata Sufi Sudrun dengan nada tanya,”Dan kabar terakhir Saudi Arabia telah menyetujui tawaran Amerika?”.
“Itu yang kami belum tahu, kan kami bukan golongan sufi yang bisa omong-omongan dengan jin, kang?” kata Bambang.
“Lho itu bukan soal jin atau bukan. Berita itu sudah disiarkan AFP. “
“Oo begitu tah?”
“Malah dalam pemberitahuannya ke Kongres, pemerintah Obama memberi kuasa kepada Arab Saudi untuk membeli 84 pesawat tempur F-15 baru dan meng-up grade lebih dari 70 pesawat, seperti 3 tipe helikopter (70 Apache, 72 Black Hawks, dan 36 Little Birds). Dalam paket pembelian tersebut, termasuk juga HARM anti-radar, misil yang lebih teliti dalam mengarahkan bom JDAM dan rudal Hellfire,” ujar Sufi Sudrun memaparkan.
“Wah, wah, gak nyangka ya di balik itu semua sejatinya adalah dagang senjata,” kata Johnson garuk-garuk tengkuknya.
“Bahkan untuk mendongkrak penjualan, “ kata Sufi Sudrun menguraikan,”Kepala Militer Badan Pertahanan Rudal AS telah mendesak pemimpin Saudi untuk membeli sistem peluncuran roket milik AS atau THAAD (Terminal High Altitude Area Defence) dan mengembangkan rudal Patriot yang ada di negara tersebut. Namun kabarnya, Arab Saudi mencari kemungkinan untuk membeli Littoral Combat Ship (LCS), yaitu kapal perang baru dengan teknologi mutakhir.”
“Woo begitu toh ceritanya,” kata Ronaldhino geleng-geleng kepala.
“Malah Press TV sudah menyiarkan bahwa militer Amerika Serikat telah disiapkan untuk memberikan pelatihan bagi para pilot jet tempur Arab Saudi. Pangkalan Udara yang disiapkan adalah Mountain Home Air Force Base di Idaho. Dalam pelatihan itu, para pejabat AS mengatakan akan melibatkan 12 jet tempur, 50 pilot dan lebih dari seratus staf pemeliharaan,” kata Sufi Sudrun.
“Wharakadah, dagelan benar itu Paman Sam,” kata Johnson.
“Kabar terbaru, untuk mengantisipasi blokir minyak di Selat Hormuz, Uni Emirat Arab telah sepakat untuk membangun jaringan pipa baru,” kata Sufi Sudrun.
“Kalau itu, aku bisa menebak kang,” tukas Bambang.
“Menebak apa?”
“Kontraktor pembangun jaringan pipa minyak itu, pasti dari Amerika..he he he,” kata Bambang terkekeh.
“Dasar semprul kabeh!” sahut Sufi Jadzab.
Seperti senapan AK-47 menghamburkan peluru, para aktivis itu secara ganti-berganti mengemukakan pandangan-pandangan, prediksi-prediksi, kecemasan-kecemasan, dan kemungkinan-kemungkinan buruk terkait ketegangan yang kian memuncak itu, seperti kemungkinan pecahnya perang di Teluk Hormuz, harga minyak dunia yang meroket, meningkatnya konflik Syiah-Sunni, perang nuklir yang menghancurkan dunia, meningkatnya jumlah pengungsi Iran ke Australia lewat Indonesia, dan sebagainya. Johnson selaku kordinator, mengemukakan pandangannya seperti ini,”Ini baru saja harga minyak dunia naik, sudah membuat pemerintah kita mengambil kebijakan-kebijakan tidak popular yang potensial menyengsarakan rakyat seperti mobil pribadi tidak boleh membeli BBM bersubsidi.”
“Benar Mbah Kyai,” sahut Bambang menyela,”Sehari setelah Rusia mengingatkan bahwa memasuki tahun 2012 ketegangan Amerika-Iran memuncak, di Madura sudah ada pesantren Syiah diserang massa. Setelah itu, bom-bom bunuh diri meledak di berbagai tempat yang menjadi hunian orang Syiah.”
“Ekonomi akan semakin terseok-seok, Mbah Kyai,” tukas Ronaldhino dengan khawatir,”Soalnya, menurut Pak Kurtubi, pengamat perminyakan, akibat krisis Teluk, harga minyak bakal melambung hingga mencapai US$ 150 per barel. Itu kiamat Mbah Kyai.”
Di tengah hiruk saling sahut-menyahut dalam membincang krisis Iran-Amerika, tiba-tiba Sufi Jadzab tertawa terkekeh-kekeh sambil menyatakan bahwa sejatinya di balik krisis yang menegangkan antara Iran dengan Amerika, terselip skenario tegang-tegangan, ancam-ancaman, gertak-gertakan dengan muara Amerika dan Uni Eropa mengeruk keuntungan besar. “Jangan kalian terkecoh oleh permainan sandiwara badut-badut kaliber dunia yang bertujuan menggaruk keuntungan dari krisis,” kata Sufi Jadzab terkekeh-kekeh.
“Panggung sandiwara bagaimana Mbah Sufi? Apa sampeyan pikir Amerika tidak serius menekan Iran?” tanya Johnson.
“Whahaha, aku juga belum tahu pasti apakah Amerika serius atau sekedar main gertak-gertakan,” kata Sufi Jadzab menjelaskan,”Tapi teman-temanku para jin dari Baghdad memberitahu bahwa keadaan panas di Selat Hormuz itu sejatinya hanya permainan Amerika dengan tujuan memperbaiki perekonomiannya yang mengalami krisis. Rupanya, Iran terprovokasi dan unjuk kekuatan beneran.”
“Lha kok bisa begitu jalan pikiran teman jin sampeyan, mbah?” tukas Bambang.
“Begini,” Sufi Sudrun tiba-tiba menyela,”Ungkapan beliau bahwa Amerika hanya bersandiwara dalam krisis dengan Iran, tidaklah salah.”
“Lha tidak salahnya di mana kang?” sahut Johnson.
“Ketika Iran bangkit dengan kemarahan, ada tidak Negara tetangganya yang gemetar ketakutan?” Tanya Sufi Sudrun.
“Yang pasti Arab Saudi gemetar,” kata Johnson dan Ronaldhino hampir bersamaan,
“Apa sampeyan belum tahu kalau Amerika diam-diam telah menawarkan pesawat tempur berteknologi tinggi dan helikopter senilai US$ 60 miliar kepada Arab Saudi?” kata Sufi Sudrun dengan nada tanya,”Dan kabar terakhir Saudi Arabia telah menyetujui tawaran Amerika?”.
“Itu yang kami belum tahu, kan kami bukan golongan sufi yang bisa omong-omongan dengan jin, kang?” kata Bambang.
“Lho itu bukan soal jin atau bukan. Berita itu sudah disiarkan AFP. “
“Oo begitu tah?”
“Malah dalam pemberitahuannya ke Kongres, pemerintah Obama memberi kuasa kepada Arab Saudi untuk membeli 84 pesawat tempur F-15 baru dan meng-up grade lebih dari 70 pesawat, seperti 3 tipe helikopter (70 Apache, 72 Black Hawks, dan 36 Little Birds). Dalam paket pembelian tersebut, termasuk juga HARM anti-radar, misil yang lebih teliti dalam mengarahkan bom JDAM dan rudal Hellfire,” ujar Sufi Sudrun memaparkan.
“Wah, wah, gak nyangka ya di balik itu semua sejatinya adalah dagang senjata,” kata Johnson garuk-garuk tengkuknya.
“Bahkan untuk mendongkrak penjualan, “ kata Sufi Sudrun menguraikan,”Kepala Militer Badan Pertahanan Rudal AS telah mendesak pemimpin Saudi untuk membeli sistem peluncuran roket milik AS atau THAAD (Terminal High Altitude Area Defence) dan mengembangkan rudal Patriot yang ada di negara tersebut. Namun kabarnya, Arab Saudi mencari kemungkinan untuk membeli Littoral Combat Ship (LCS), yaitu kapal perang baru dengan teknologi mutakhir.”
“Woo begitu toh ceritanya,” kata Ronaldhino geleng-geleng kepala.
“Malah Press TV sudah menyiarkan bahwa militer Amerika Serikat telah disiapkan untuk memberikan pelatihan bagi para pilot jet tempur Arab Saudi. Pangkalan Udara yang disiapkan adalah Mountain Home Air Force Base di Idaho. Dalam pelatihan itu, para pejabat AS mengatakan akan melibatkan 12 jet tempur, 50 pilot dan lebih dari seratus staf pemeliharaan,” kata Sufi Sudrun.
“Wharakadah, dagelan benar itu Paman Sam,” kata Johnson.
“Kabar terbaru, untuk mengantisipasi blokir minyak di Selat Hormuz, Uni Emirat Arab telah sepakat untuk membangun jaringan pipa baru,” kata Sufi Sudrun.
“Kalau itu, aku bisa menebak kang,” tukas Bambang.
“Menebak apa?”
“Kontraktor pembangun jaringan pipa minyak itu, pasti dari Amerika..he he he,” kata Bambang terkekeh.
“Dasar semprul kabeh!” sahut Sufi Jadzab.
You have read this article with the title Skenario 'Perang Dagang' di balik Krisis AS-Iran. You can bookmark this page URL http://khagussunyoto.blogspot.com/2012/10/skenario-perang-dagang-di-balik-krisis.html. Thanks!
No comment for "Skenario 'Perang Dagang' di balik Krisis AS-Iran"
Post a Comment