Beragama Tak Beriman = Serigala Berbulu Domba

Wajah hukum kita ternyata menunjuk pada fakta bhw diam-2 bangsa ini mengalami transvaluasi nilai-2 seperti yg diungkapkan Friedrich Nietzsche tentang "der wille zur macht. eine umwertung aller werte" -- hasrat untuk berkuasa yg menjadikan nilai-2 mengalami transvaluasi di mana manusia yg dibimbing Nafsu adalah manusia bermental tuan dan manusia yg dibimbing ruh adalah manusia bermental budak. Saat ini  manusia-2 berlomba  menjadi tuan dan  bebas melampiaskan hasrat nafsunya untuk kaya raya dan berkuasa dengan cara merampok, korupsi, kolusi, menipu asalkan sdh memiliki dan menguasai uang. Uang sudah menjadi yg mahakuasa. Nilai-2 berubah dengan posisi Nafsu disanjung dan dipuja sebagai yg utama di mana uang bisa membeli apa saja karena segala hal yg menyangkut kehidupan manusia telah dipandang sebagai komoditas yang bisa memberikan nilai tambah ekonomi. Begitulah lahir fenomena Libidonomic, Justicionomic, Educationomic, Mediconomic, Religionomic, dsb.

         Sejak kasus Prita Mulyasari melawan RS Omni Internasional, munculnya Komisi Pemberantasan Mafia Hukum, Komisi Pemberantasan Korupsi, Mbah Minah dipenjara dengan tuduhan mencuri 3 biji kakao, Kusnoto sekeluarga yg masuk bui karena dituduh mencuri biji kapuk sisa panen, kasus Bank Century yg menguap, Gayus yg dibui 6 tahun, kasus suap deputi gubernur BI yg melibatkan Miranda Gultom yg juga bakal  menguap, kasus hukum Andi Nurpati, tuduhan suap Nasruddin kepada Anas Urbaningrum dan Angelina Sondakh, kekerasan terhadap warga sipil di Alas Telogo pasuruan, Papua,  Mesuji, Sape di Bima, hingga kasus AAL yg dituduh mencuri sandal jepit adalah wajah hukum yg tidak saja tragis tetapi juga melodramatik. Saking mencolok tidak adilnya -- hukum hanya untuk orang tak punya uang -- masyarakat dunia dengan nada sinis dan menista menyoroti  kasus-2 ketidak-adilan yg sangat naif itu di media-2 berskala internasional seperti International Herald Tribune,  New Zealand Herald, Washington Post, Sidney Morning Post, dll.

         Yang aneh, semua pihak yg terlibat dalam kejungkir-balikan nilai-2 yg terkait masalah hukum dan keadilan itu, tidak ada satu pun yang merasa bersalah apalagi merasa malu. Pihak-2 yg memandang produk hukum sebagai komoditas tanpa malu membuat argumen-2, apologi-2, justifikasi-2, klaim-2 bahwa pihaknya adalah korp suci yg anggota-2nya adalah para nabi yg maksum (suci dari dosa). Pencitraan disebar di mana-mana dengan mengingkari fakta-2. Tanpa rasa malu semua berlomba mencitrakan diri sebagai yg paling benar dan paling suci.

          Sungguh sengsara dan menderita bangsa yg menempatkan nilai-2 berdasar Nafsu sebagai yg utama dan mulia. Sebab semua hasrat Nafsu dilampiaskan tanpa batas-2 sosiologis seperti rasa malu, pantangan, tabu, kuwalat, dosa, karma di mana manusia mengikuti kaidah-2 hukum rimba "Homo Homini Lupus". Sungguh tragis keadaan ini, karena Agama menegaskan bahwa 'Malu adalah bagian dari Iman' sehingga orang yg tidak punya rasa malu sama dengan orang tidak beriman. Ah betapa sengsara dan menderitanya anak-2 bangsa yg miskin tak punya uang karena harus hidup melampaui seleksi alam menghadapi makhluk-2 buas yang mengaku beragama tetapi sejatinya tidak beriman yg secara tradisi disebut kawanan serigala berbulu domba.
You have read this article with the title Beragama Tak Beriman = Serigala Berbulu Domba. You can bookmark this page URL http://khagussunyoto.blogspot.com/2012/10/beragama-tak-beriman-serigala-berbulu.html. Thanks!

No comment for "Beragama Tak Beriman = Serigala Berbulu Domba"

Post a Comment