Sikap Sufi Soal Konversi BBM ke BBG dan Converter Kit

Ketika Dullah dan Sukiran masih bingung menunggu pelaksanaan kebijakan mobil pribadi dilarang membeli bensin, tiba-tiba mereka melihat tayangan di TV Wakil Menteri ESDM telah memasang Converter Kit di mobilnya sebagai contoh bagi kebijakan konversi BBM ke BBG. Sewaktu Pak Menteri menyatakan bahwa ia ingin tindakannya dijadikan contoh bagi yang lain, Sukiran tidak dapat menahan rasa muak yang menyesaki perutnya di mana dengan suara ditekan tinggi ia berteriak,”Memangnya siapa kamu merasa pantas untuk jadi contoh?”

       Dullah yang juga marah menimpali,”Orang itu masih berpikir bahwa pejabat itu panutan rakyat. Itu pikiran gak bener.”

       “Itu pikiran feodalisme yang sudah out of date, tidak sesuai sikon,” kata Sukiran menyela.

       Sufi Sudrun yang melihat dua orang yuniornya itu mendekat dan menegur,”Kalian tidak perlu mencela orang begitu. Dia kan sudah susah payah mutar pikiran bagaimana bisa menjalankan tugas dengan baik.”

            “Tapi kebijakannya sangat merugikan rakyat,” sahut Sukiran berapi-api,”Mosok saya punya mobil Toyota Corolla tahun 1978 harus beli Converter Kit seharga Rp 15 juta supaya bisa diisi BBG. Padahal, mobil itu harga jualnya Rp 4 juta gak laku.”

             “Iya juga kang,” sahut Dullah bersungut-sungut,”Honda Accord 1983 punya saya, yang saya tawarkan Rp 5 juta tidak laku, kalau ingin terus jalan harus pakai BBG dengan lebih dulu beli Converter Kit Rp 15 juta. Lha kan lebih baik mobil dibiarkan gak jalan daripada beli Converter Kit. Duit siapa Rp 15 juta..?”

          “Itu berarti, pakailah sepeda onthel yang tanpa bahan bakar,” sahut Sufi Sudrun ketawa.

            “Itu sih bukan pemecahan, kang,” kata Dullah dengan wajah ditekuk,”Soalnya, kebijakan itu kelihatan sekali diskriminasi.”

            “He diskriminasi bagaimana?” tukas Sufi Sudrun.

               “Pikir saja kang,” Dullah menjelaskan,”Setelah April nanti mobil pribadi plat hitam tidak boleh beli bensin, tahun 2014 sudah disiapkan kebijakan baru sepeda motor pun tidak boleh membeli bensin. Itu jelas menguntungkan pengusaha-pengusaha asing produsen pertamax dan mencekik mati rakyat kecil terutama tukang ojek. Semua harus beralih ke BBG. Padahal, SPBU BBG itu adanya hanya di Jakarta dan yang beroperasi baru 8 buah. Nah yang bikin kebijakan itu kan hidup di Jakarta, jadi enak saja dia ngomong ini dan itu tentang programnya. Sedang kita yang di daerah, mau beli BBG di mana? Apa masuk akal punya motor harga Rp 8 juta harus beli Converter Kit Rp 10 juta dan beli gasnya di Jakarta lagi…”

    “Itu sih bukan diskriminasi. Tapi semacam kesengajaan yang ditujukan untuk merongrong kredibelitas pemerintah.”

    “Merongrong bagaimana, kang?” tanya Dullah heran.

    “Kebijakan larangan mobil pribadi plat hitam beli bensin itu kapan dilaksanakan?” tanya Sufi Sudrun.

    “Bulan April depan, kang,” kata Dullah.

    “Rakyat dan DPR marah tidak dengan pengumuman kebijakan itu?”

    “Ya marah, kang.”

    “Kapan kebijakan melarang motor beli bensin dijalankan?” tanya Sufi Sudrun.

    “Kata Pak Wamen di TV tahun 2014,” sahut Dullah.

       “Sejak saat ini, rakyat tahu tidak dengan kebijakan yang akan  dijalankan tahun 2014 itu ?”

       .”Ya pasti tahu kang, kan sudah ramai dibincang di TV..”

         “Tahun 2014 adalah waktu Pemilu,” sahut Sufi Sudrun,”Apa rakyat yang sudah tahu dengan kebijakan-kebijakan yang merugikan mereka itu akan memilih partai berkuasa agar nasib mereka benar-benar sengsara?”

           “Ya pasti tidak kang,” sahut Dullah,”Hanya rakyat gila yang akan milih partai penguasa yang  diketahui sudah  bikin kebijakan-kebijakan menyengsarakan rakyat sebaliknya  menguntungkan korporasi-korporasi.”

            “Ya sudah, kalian tidak perlu lagi uring-uringan dan mengomel,” sahut Sufi Sudrun datar.

                 “Lalu apa yang harus kami lakukan?”

              “Ya ajaklah rakyat untuk memilih partai dan pemimpin yang akan menindas dan menyengsarakan mereka dengan mengatakan, marilah  saudara-saudara kita pilih partai sangat demokratis ini agar kita kelak ditindas dan disengsarakan oleh kebijakan-kebijakan mereka yang mengatas-namakan rakyat! Ajaklah rakyat untuk memilih pemimpin dari partai yang sangat demokratis itu  agar Negara mereka diserahkan kepada korporasi-korporasi asal  Negara pusat (core),” kata Sufi Sudrun.

                “Woo gitu ya,” sahut Dullah manggut-manggut,”Berarti kalau partai rezim berkuasa kalah, kebijakan yang menguntungkan korporasi tetapi merugikan rakyat itu bisa diubah ya? Rakyat boleh beli bensin lagi ya?”

              “Ya itu cara yang baik dan elegant untuk mengatasi masalah, jangan cuma  mengumpat-umpat dan bikin ribut terus.”
You have read this article with the title Sikap Sufi Soal Konversi BBM ke BBG dan Converter Kit. You can bookmark this page URL http://khagussunyoto.blogspot.com/2012/10/sikap-sufi-soal-konversi-bbm-ke-bbg-dan.html. Thanks!

No comment for "Sikap Sufi Soal Konversi BBM ke BBG dan Converter Kit"

Post a Comment