Sudah sepekan ini Dul Rahman, keponakan Dullah yang kuliah di Fakultas Teknik sebuah institut teknologi termasyhur mogok kuliah. Gara-garanya, Dul Rahman diejek oleh Dul Ghoni, anak Dullah. Dul Ghoni yang sekolah SMK tiba-tiba mengejek Dul Rahman sebagai mahasiswa tidak kreatif karena sekolah di perguruan tinggi teknik yang tidak bermutu.
Tersinggung almamaternya direndahkan, Dul Rahman marah-marah. Dengan berapi-api dia memamerkan sejumlah prestasi yang telah diraih mahasiswa-mahasiswa didikan almamaternya mulai robot pemadam api, robot pemusik, alarm, CCTV, dan berbagai kreasi elektronik yang menuai penghargaan dalam berbagai lomba.
Tak mau kalah, Dul Ghoni mengejek dengan menyatakan bahwa robot-robot kecil yang dibikin mahasiswa institut teknik itu dalam lomba di robot di Jepang justru diikuti anak-anak usia SD - SLTP. "Jadi ukuran prestasi di sini dengan di Jepang beda, kang. Di sini yg bikin robot mainan itu mahasiswa, di Jepang anak SD n SMP," sahut Dul Ghoni meremehkan.
Dul Rahman termangu-mangu memikirkan kata-kata sepupunya yg mengandung kebenaran itu.
Melihat Dul Rahman diam, Dul Ghoni bertanya,"Sampeyan kan jurusan otomotif, kang?"
"Mmm iya, memang kenapa?" sahut Dul Rahman.
"Kampus sampeyan kalah jauh dengan sekolahku, kang," kata Dul Ghoni.
"Kalah jauh gimana?" sergah Dul Rahman tak senang.
"Teman-temanku sudah bisa memproduksi mobil dan memenuhi pesanan konsumen," sahut Dul Ghoni bangga,"Meski sebagian kecil komponen masih impor, tapi produk kami sudah bisa diuji coba dan dikonsumsi on the road oleh publik. Bahkan teman-teman SMK di Bandung sudah bisa merakit pesawat terbang. Lha sekarang mana ada perguruan tinggi teknik yang bisa menandingi prestasi anak-anak SMK?"
"Eee aa..uu," gumam Dul Rahman gelagepan.
"Itulah kang alasanku untuk menilai kampus sampeyan gak mutu. Bayarnya saja mahal, hasilnya gak ada. Kalau alasannya ilmunya akademis dan teoritis, itu kan bisa dipelajari di luar kampus? Faktanya, Edison sang penemu lampu, Einstein sang penemu teori relativitas, James Watt penemu mesin uap, penemu diesel, penemu telepon, bukanlah mahasiswa fakultas teknik."
Dul Rahman diam. Ia tidak sedikit pun mau berkomentar. Tapi sejak itu, ia tidak terlihat lagi berangkat kuliah. Ia merenungkan keterkaitan antara kebenaran kata-kata Dul Ghoni dengan fakta... benarkah fakultas teknik tempatnya belajar yang sudah termasyhur itu dalam praktek kalah dengan SMK? Kalau benar, untuk apa ia membuang waktu, tenaga dan biaya jika tidak sesuai dengan capaian ideal yang diharapkan..?
Tersinggung almamaternya direndahkan, Dul Rahman marah-marah. Dengan berapi-api dia memamerkan sejumlah prestasi yang telah diraih mahasiswa-mahasiswa didikan almamaternya mulai robot pemadam api, robot pemusik, alarm, CCTV, dan berbagai kreasi elektronik yang menuai penghargaan dalam berbagai lomba.
Tak mau kalah, Dul Ghoni mengejek dengan menyatakan bahwa robot-robot kecil yang dibikin mahasiswa institut teknik itu dalam lomba di robot di Jepang justru diikuti anak-anak usia SD - SLTP. "Jadi ukuran prestasi di sini dengan di Jepang beda, kang. Di sini yg bikin robot mainan itu mahasiswa, di Jepang anak SD n SMP," sahut Dul Ghoni meremehkan.
Dul Rahman termangu-mangu memikirkan kata-kata sepupunya yg mengandung kebenaran itu.
Melihat Dul Rahman diam, Dul Ghoni bertanya,"Sampeyan kan jurusan otomotif, kang?"
"Mmm iya, memang kenapa?" sahut Dul Rahman.
"Kampus sampeyan kalah jauh dengan sekolahku, kang," kata Dul Ghoni.
"Kalah jauh gimana?" sergah Dul Rahman tak senang.
"Teman-temanku sudah bisa memproduksi mobil dan memenuhi pesanan konsumen," sahut Dul Ghoni bangga,"Meski sebagian kecil komponen masih impor, tapi produk kami sudah bisa diuji coba dan dikonsumsi on the road oleh publik. Bahkan teman-teman SMK di Bandung sudah bisa merakit pesawat terbang. Lha sekarang mana ada perguruan tinggi teknik yang bisa menandingi prestasi anak-anak SMK?"
"Eee aa..uu," gumam Dul Rahman gelagepan.
"Itulah kang alasanku untuk menilai kampus sampeyan gak mutu. Bayarnya saja mahal, hasilnya gak ada. Kalau alasannya ilmunya akademis dan teoritis, itu kan bisa dipelajari di luar kampus? Faktanya, Edison sang penemu lampu, Einstein sang penemu teori relativitas, James Watt penemu mesin uap, penemu diesel, penemu telepon, bukanlah mahasiswa fakultas teknik."
Dul Rahman diam. Ia tidak sedikit pun mau berkomentar. Tapi sejak itu, ia tidak terlihat lagi berangkat kuliah. Ia merenungkan keterkaitan antara kebenaran kata-kata Dul Ghoni dengan fakta... benarkah fakultas teknik tempatnya belajar yang sudah termasyhur itu dalam praktek kalah dengan SMK? Kalau benar, untuk apa ia membuang waktu, tenaga dan biaya jika tidak sesuai dengan capaian ideal yang diharapkan..?
You have read this article with the title Institut Teknik kalah dengan SMK?. You can bookmark this page URL http://khagussunyoto.blogspot.com/2012/10/institut-teknik-kalah-dengan-smk.html. Thanks!
Mampir ke blogs ane, Gan...
ReplyDeleteCashsaku Benar Benar Bayar Penggunanya