Sudah sepekan ini Dullah pusing memikirkan rencana pemerintah memberlakukan penyatuan zona waktu Indonesia menjadi satu. Pasalnya, rencana yang kelihatan sederhana itu jika diterapkan dalam realita akan membawa konsekuensi-2 yg membingungkan sekaligus mengacaukan masyarakat. Itu sebabnya, setelah mengotak-atik rencana kebijakan yg aneh itu, Dullah membincangnya dengan para sufi di pesantren.
Sufi tua sinis menanggapi rencana itu dengan menyatakannya sebagai kebijakan tidak realistis sebagaimana rencana mengatur mobil-2 1500 CC tidak boleh menggunakan premium,"Itu kebijakan orang-2 didikan kelas, yg berpikir dengan logika kelas yg sempit dan tidak realistis."
"Jadi itu hanya teori, pakde?"
"Sudah pasti seperti itu."
"Iya pakde," sahut Dullah menggerutu,"Karena saat saya pikir, dengan menyatukan zona waktu WIT-WITA-WIB, kesan kita tentang Indonesia sudah berubah. Maksudnya, Indonesia yg terletak di tiga zona waktu, memberi kesan negara besar yang memiliki wilayah sangat luas, yaitu membentang di tiga zona waktu. Sedang jika disatukan jadi satu zona, yaitu WITA saja, maka Indonesia akan berkesan kecil dan sempit yaitu negara yg terletak di satu zona waktu."
"Bukan hanya kesan Indonesia lebih sempit, tapi umat beragama pun menjadi bingung. Bayangkan, bagaimana umat Islam harus menentukan kapan mereka shalat maghrib - isya'-subuh-dhuhur-ashar sesuai tempat di mana mereka berada? Jika pemerintah menetapkan waktu maghrib adalah jam 18.00 dengan menetapkan jam WITA sebagai patokan waktu, maka dalam realita saat itu di Indonesia barat ufuk masih terang karena matahari belum tenggelam. Sedang di wilayah Indonesia timur, hari sudah gelap karena matahari sudah tenggelam sekitar 1 jam lebih dulu," sahut Sufi Sudrun.
"Woo iya ya, umat benar-benar akan bingung untuk menentukan apakah sholat mengikuti waktu yg ditetapkan pemerintah atau mengikuti peredaran matahari yg faktanya jauh beda dengan waktu yg ditetapkan pemerintah..." sahut Dullah manggut-manggut.
"Itu baru sholat," sahut Sufi Kenthir,"Yg membingungkan kalau puasa ramadhan. Soalnya, begitu ditetapkan maghrib jam 18.00 sesuai waktu WITA, wilayah Indonesia barat matahari masih belum tenggelam alias hari masih terang. Sebaliknya, di wilayah timur hari sudah jauh malam sehingga membuat orang sengsara menahan lapar dan dahaga gara-2 menunggu waktu yg ditetapkan pemerintah."
"hehe," tukas Sufi tua,"Yg lebih bingung adalah masjid-2 yg menentukan waktu dhuhur dan ashar serta maghrib berdasar jam matahari. Soalnya, waktu yg ditetapkan pemerintah tidak berhubungan dengan peredaran matahari, melainkan ditetapkan berdasar ketetapan pemerintah."
"Wah apa ada hidden agenda di balik kebijakan aneh itu?" tanya Sukiran ingin tahu.
"Oo ada..pasti ada," jawab Sufi tua.
"Apa itu pakde?"
"Penguasa ingin menjadi Bhatara Kala, penguasa waktu. Pemerintah akan menentukan bagaimana waktu berpihak kepadanya sehingga seluruh kekuasaan akan berada di dalam genggamannya sekeluarga seketurunan."
"Woo begitu ya?"
"Iya," sahut Sufi tua,"Yg kedua, pemerintah ingin membuat isu besar yg membuat rakyat kisruh terlibat pro dan kontra. Tujuannya? Untuk mengalihkan kasus-kasus besar yg sampai saat ini belu jelas jluntrungnya."
"Woo begitu ya?"
"Selain itu yang diuntungkan siapa?" tanya Dullah.
"Ya pengusaha," sahut Sufi tua. Soalnya dengan disatukannya zona waktu, maka waktu kerja para buruh di Indonesia barat akan lebih pagi dan waktu pulangnya sore hari, karena waktu di Indonesia barat ditetapkan berdasar waktu Indonesia Tengah. Itu potensial dimanipulasi di mana jam kerja menjadi molor bagi buruh di Indonesia barat, yaitu area yg padat industri."
"Woo begitu ya?"
"Kapitalis!"
"Liberal..Neoliberal."
"NEKOLIM..rezim."
Sufi tua sinis menanggapi rencana itu dengan menyatakannya sebagai kebijakan tidak realistis sebagaimana rencana mengatur mobil-2 1500 CC tidak boleh menggunakan premium,"Itu kebijakan orang-2 didikan kelas, yg berpikir dengan logika kelas yg sempit dan tidak realistis."
"Jadi itu hanya teori, pakde?"
"Sudah pasti seperti itu."
"Iya pakde," sahut Dullah menggerutu,"Karena saat saya pikir, dengan menyatukan zona waktu WIT-WITA-WIB, kesan kita tentang Indonesia sudah berubah. Maksudnya, Indonesia yg terletak di tiga zona waktu, memberi kesan negara besar yang memiliki wilayah sangat luas, yaitu membentang di tiga zona waktu. Sedang jika disatukan jadi satu zona, yaitu WITA saja, maka Indonesia akan berkesan kecil dan sempit yaitu negara yg terletak di satu zona waktu."
"Bukan hanya kesan Indonesia lebih sempit, tapi umat beragama pun menjadi bingung. Bayangkan, bagaimana umat Islam harus menentukan kapan mereka shalat maghrib - isya'-subuh-dhuhur-ashar sesuai tempat di mana mereka berada? Jika pemerintah menetapkan waktu maghrib adalah jam 18.00 dengan menetapkan jam WITA sebagai patokan waktu, maka dalam realita saat itu di Indonesia barat ufuk masih terang karena matahari belum tenggelam. Sedang di wilayah Indonesia timur, hari sudah gelap karena matahari sudah tenggelam sekitar 1 jam lebih dulu," sahut Sufi Sudrun.
"Woo iya ya, umat benar-benar akan bingung untuk menentukan apakah sholat mengikuti waktu yg ditetapkan pemerintah atau mengikuti peredaran matahari yg faktanya jauh beda dengan waktu yg ditetapkan pemerintah..." sahut Dullah manggut-manggut.
"Itu baru sholat," sahut Sufi Kenthir,"Yg membingungkan kalau puasa ramadhan. Soalnya, begitu ditetapkan maghrib jam 18.00 sesuai waktu WITA, wilayah Indonesia barat matahari masih belum tenggelam alias hari masih terang. Sebaliknya, di wilayah timur hari sudah jauh malam sehingga membuat orang sengsara menahan lapar dan dahaga gara-2 menunggu waktu yg ditetapkan pemerintah."
"hehe," tukas Sufi tua,"Yg lebih bingung adalah masjid-2 yg menentukan waktu dhuhur dan ashar serta maghrib berdasar jam matahari. Soalnya, waktu yg ditetapkan pemerintah tidak berhubungan dengan peredaran matahari, melainkan ditetapkan berdasar ketetapan pemerintah."
"Wah apa ada hidden agenda di balik kebijakan aneh itu?" tanya Sukiran ingin tahu.
"Oo ada..pasti ada," jawab Sufi tua.
"Apa itu pakde?"
"Penguasa ingin menjadi Bhatara Kala, penguasa waktu. Pemerintah akan menentukan bagaimana waktu berpihak kepadanya sehingga seluruh kekuasaan akan berada di dalam genggamannya sekeluarga seketurunan."
"Woo begitu ya?"
"Iya," sahut Sufi tua,"Yg kedua, pemerintah ingin membuat isu besar yg membuat rakyat kisruh terlibat pro dan kontra. Tujuannya? Untuk mengalihkan kasus-kasus besar yg sampai saat ini belu jelas jluntrungnya."
"Woo begitu ya?"
"Selain itu yang diuntungkan siapa?" tanya Dullah.
"Ya pengusaha," sahut Sufi tua. Soalnya dengan disatukannya zona waktu, maka waktu kerja para buruh di Indonesia barat akan lebih pagi dan waktu pulangnya sore hari, karena waktu di Indonesia barat ditetapkan berdasar waktu Indonesia Tengah. Itu potensial dimanipulasi di mana jam kerja menjadi molor bagi buruh di Indonesia barat, yaitu area yg padat industri."
"Woo begitu ya?"
"Kapitalis!"
"Liberal..Neoliberal."
"NEKOLIM..rezim."
You have read this article with the title Saat Tiga Zona Waktu Disatukan - Rakyat Bingung?. You can bookmark this page URL http://khagussunyoto.blogspot.com/2012/10/saat-tiga-zona-waktu-disatukan-rakyat.html. Thanks!
No comment for "Saat Tiga Zona Waktu Disatukan - Rakyat Bingung?"
Post a Comment