Ketika perbincangan tentang hubungan antara bencana dengan warga miskin akan usai, tiba-tiba dari dua HP Farel terdengar lengkingan nada peringatan pertanda SMS masuk.Sejenak membaca SMS, Farel menggeleng-gelengkan kepala sambil mendesakkan mulut.
Marvel yang penasaran melihat perubahan Farel langsung bertanya,”Ada kabar apa?”
“Kabar tidak sedap muncul dari ’dapur’ Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),” sahut Farel menarik nafas berat.
“Kabar tak sedap bagaimana?” sahut Marvel ingin tahu.
“Ini Short Message Service (SMS) & BlackBerry Messenger (BBM) sebarkan berita, telah terjadi ‘perang’ antara Ketua KPK Abraham Samad melawan Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas dan Bambang Widjojanto,” sahut Farel.
“Waduh gawat ini. Apa masalahnya?”
“Jika tidak ada perpecahan di antara ketua-ketua KPK, saat ini Ketua Umum Partai Demokrat (PD), Anas Urbaningrum dan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Malarangeng, sudah ditangkap terkait kasus suap Wisma Atlet,” kata Farel.
“Woo begitu ya…?” sahut Marvel disambut celoteh gaduh teman-temannya.
Mengingat pentingnya berita, Farel membacakan isi SMS yang diterimanya, yang mengungkapkan berita bahwa kasus itu berkaitan dengan langkah Ketua KPK Abraham Samad yang akan mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Anas Urbaningrum dan Menpora Andi.Mallarangeng. Ketika Ketua KPK Abraham Samad sudah siap hendak menandatangani surat perintah penangkapan, langkahnya itu dicegah oleh Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas dan Bambang Widjojanto. Mereka menyarankan agar Abraham Samad menunda dulu rencana penangkapan tersebut.
Tersinggung tekad dan niatnya yang teguh memberantas korupsi dicegah, membuat Abraham naik pitam. Kontan saja suara hiruk-pikuk terdengar dari ruang kantor KPK ketika Abraham Samad membanting meja dan kurs. Kegaduhan itu terdengar oleh banyak petugas KPK yang lain. Dan tanpa diketahui siapa yang memulai, tahu-tahu berita kegaduhan itu sudah beredar dan menjadi perbincangan serius di lingkungan anggota DPR RI.
Para aktivis mengangguk-angguk mendengar penjelasan Farel. Mereka saling pandang dan saling berbisik satu sama lain tentang kemungkinan-kemungkinan di balik kabar itu. Namun sebelum perbincangan yang cenderung kasak-kusuk itu berlanjut, Guru Sufi mengingatkan agar semua pihak tidak gampang percaya dengan kabar yang belum jelas kebenarannya. “Ingat, sekarang ini yang namanya SMS, tidak pernah jelas kebenarannya. Sering SMS masuk, mengaku ibu kehabisan uang, lalu minta transfer pulsa. Padahal, ibu kita sudah wafat. Nah, SMS tentang kisruh di KPK juga jangan cepat dianggap benar,” kata Guru Sufi.
“Tapi kemungkinan itu berita yang benar kan ada, Mbah Kyai?” sahut Marvel.
“Kemungkinan itu selalu ada. Tapi yang penting semua harus tabayyun dulu, konfirmasi dulu benar dan tidak benarnya,” sahut Guru Sufi.
“Tapi menurut perasaan, kabar itu kayaknya benar, Mbah Kyai.”
“Kebenaran tidak bisa mengikuti perasaan. Itu namanya paranoid.”
“Tapi berdasar pengalaman yang sudah-sudah, kayaknya kabar itu bisa benar.”
“Pengalaman bagaimana?” tanya Guru Sufi.
“Pak Busyro dan Mas Bambang itu kan satu klub mahasiswa dengan Mas Anas dan Bang Andi. Jadi kayaknya ada semacam solidaritas untuk saling membela. Soalnya, kalau yang kena kasus itu dari klub mahasiswa lain, langsung ditindak-lanjuti seperti kasus suap pemilihan DGS BI yang menyeret anggota-anggota dewan ke bui,” sahut Marvel.
“Benar Mbah Kyai, jaringan klub mahasiswa yang bersumber dari politik aliran masa lalu itu dalam fakta masih ada meski selalu ditutup-tutupi. Hanya Gus Dur dulu yang berani bicara terang-terangan tentang fenomena konspirasi jaringan klub mahasiswa itu,” sahut Farel.
“Lepas dari benar dan tidak benar kecurigaan kalian, yang pasti dalam menyikapi kabar apa pun kalian harus tabayyun dulu. Jangan pernah percaya pada kabar burung, kabar angin, kabar SMS, kabar BBM, apalagi kabar siluman yang sifatnya provokatif,” kata Guru Sufi mengingatkan,"Su'u dzon itu dilarang."
“Nggih Mbah Kyai,” sahut Farel dan Marvel berbarengan sambil garuk-garuk kepala.
Marvel yang penasaran melihat perubahan Farel langsung bertanya,”Ada kabar apa?”
“Kabar tidak sedap muncul dari ’dapur’ Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),” sahut Farel menarik nafas berat.
“Kabar tak sedap bagaimana?” sahut Marvel ingin tahu.
“Ini Short Message Service (SMS) & BlackBerry Messenger (BBM) sebarkan berita, telah terjadi ‘perang’ antara Ketua KPK Abraham Samad melawan Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas dan Bambang Widjojanto,” sahut Farel.
“Waduh gawat ini. Apa masalahnya?”
“Jika tidak ada perpecahan di antara ketua-ketua KPK, saat ini Ketua Umum Partai Demokrat (PD), Anas Urbaningrum dan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Malarangeng, sudah ditangkap terkait kasus suap Wisma Atlet,” kata Farel.
“Woo begitu ya…?” sahut Marvel disambut celoteh gaduh teman-temannya.
Mengingat pentingnya berita, Farel membacakan isi SMS yang diterimanya, yang mengungkapkan berita bahwa kasus itu berkaitan dengan langkah Ketua KPK Abraham Samad yang akan mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Anas Urbaningrum dan Menpora Andi.Mallarangeng. Ketika Ketua KPK Abraham Samad sudah siap hendak menandatangani surat perintah penangkapan, langkahnya itu dicegah oleh Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas dan Bambang Widjojanto. Mereka menyarankan agar Abraham Samad menunda dulu rencana penangkapan tersebut.
Tersinggung tekad dan niatnya yang teguh memberantas korupsi dicegah, membuat Abraham naik pitam. Kontan saja suara hiruk-pikuk terdengar dari ruang kantor KPK ketika Abraham Samad membanting meja dan kurs. Kegaduhan itu terdengar oleh banyak petugas KPK yang lain. Dan tanpa diketahui siapa yang memulai, tahu-tahu berita kegaduhan itu sudah beredar dan menjadi perbincangan serius di lingkungan anggota DPR RI.
Para aktivis mengangguk-angguk mendengar penjelasan Farel. Mereka saling pandang dan saling berbisik satu sama lain tentang kemungkinan-kemungkinan di balik kabar itu. Namun sebelum perbincangan yang cenderung kasak-kusuk itu berlanjut, Guru Sufi mengingatkan agar semua pihak tidak gampang percaya dengan kabar yang belum jelas kebenarannya. “Ingat, sekarang ini yang namanya SMS, tidak pernah jelas kebenarannya. Sering SMS masuk, mengaku ibu kehabisan uang, lalu minta transfer pulsa. Padahal, ibu kita sudah wafat. Nah, SMS tentang kisruh di KPK juga jangan cepat dianggap benar,” kata Guru Sufi.
“Tapi kemungkinan itu berita yang benar kan ada, Mbah Kyai?” sahut Marvel.
“Kemungkinan itu selalu ada. Tapi yang penting semua harus tabayyun dulu, konfirmasi dulu benar dan tidak benarnya,” sahut Guru Sufi.
“Tapi menurut perasaan, kabar itu kayaknya benar, Mbah Kyai.”
“Kebenaran tidak bisa mengikuti perasaan. Itu namanya paranoid.”
“Tapi berdasar pengalaman yang sudah-sudah, kayaknya kabar itu bisa benar.”
“Pengalaman bagaimana?” tanya Guru Sufi.
“Pak Busyro dan Mas Bambang itu kan satu klub mahasiswa dengan Mas Anas dan Bang Andi. Jadi kayaknya ada semacam solidaritas untuk saling membela. Soalnya, kalau yang kena kasus itu dari klub mahasiswa lain, langsung ditindak-lanjuti seperti kasus suap pemilihan DGS BI yang menyeret anggota-anggota dewan ke bui,” sahut Marvel.
“Benar Mbah Kyai, jaringan klub mahasiswa yang bersumber dari politik aliran masa lalu itu dalam fakta masih ada meski selalu ditutup-tutupi. Hanya Gus Dur dulu yang berani bicara terang-terangan tentang fenomena konspirasi jaringan klub mahasiswa itu,” sahut Farel.
“Lepas dari benar dan tidak benar kecurigaan kalian, yang pasti dalam menyikapi kabar apa pun kalian harus tabayyun dulu. Jangan pernah percaya pada kabar burung, kabar angin, kabar SMS, kabar BBM, apalagi kabar siluman yang sifatnya provokatif,” kata Guru Sufi mengingatkan,"Su'u dzon itu dilarang."
“Nggih Mbah Kyai,” sahut Farel dan Marvel berbarengan sambil garuk-garuk kepala.
You have read this article with the title Kabar KPK Pecah dan Tabayyun. You can bookmark this page URL http://khagussunyoto.blogspot.com/2012/10/kabar-kpk-pecah-dan-tabayyun.html. Thanks!
No comment for "Kabar KPK Pecah dan Tabayyun"
Post a Comment