Zaman Kaliyuga dan Perempuan Kriminal

Gara-gara diberitahu Dullah bahwa  Angelina Sondakh dicopot dari struktur kepengurusan Partai Demokrat karena ditetapkan KPK sebagai tersangka, Sufi Jadzab menangis tersedu-sedu. Dullah yang tak menyangka reaksi Sufi Jadzab seperti  itu, menduga-duga  dalam hati bahwa Sufi  Jadzab memiliki hubungan kekerabatan dengan anggota DPR yang akrab dipanggil Angie itu.  Namun saat Sufi Sudrun bertanya kenapa Sufi Jadzab menangis, sadarlah Dullah bahwa ada faktor lain yang membuat sufi paling tua di pesantren itu menangis.

       Rupanya, alasan Sufi Jadzab menangis berkaitan dengan perjumpaannya dengan Dewi Kali di alam gaib. Entah benar entah tidak benar, Sufi Jadzab mengaku telah melihat Dewi Kali tertawa terbahak-bahak di tengah malam yang sangat gelap dan dingin. Bagi telinga orang biasa, suara tawa Dewi Kali terdengar seperti gemuruh badai. Tapi bagi telinga para sufi, tawa itu terdengar menikam perasaan dengan kengerian yang tak tergambarkan. “Dia memberitahu bahwa zaman ini adalah zaman di mana Sang Kali berkuasa,” sahut Sufi Jadzab menangis lagi.

    “Apa maksudnya zaman Sang Kali berkuasa, mbah?” tanya Dullah ingin tahu.

    “Hik hik, itu namanya zaman Kaliyuga,” sahut Sufi Jadzab tersedu-sedu.

     “Zaman Kaliyuga?” sergah Dullah tercekat, ingat pada pelajaran sekolahnya. Ia diam-diam merasakan  tengkuknya  merinding.

    “Bagaimana sampeyan meyakini bahwa sekarang ini zaman Kaliyuga, Mbah?” tanya Sukiran.

    Suyfi Jadzab tidak menjawab tapi malah menangis tersedu-sedu. Sufi Sudrun kemudian menjelaskan,”Ya pertama-tama, beliau sudah melihat sendiri kemunculan Dewi Kali, sang bumi. Itu maknanya, sekarang ini adalah zaman kerusak-binasaan manusia.”

    “Apakah tanda-tandanya, kang?’ tanya Sukiran.

    “Nilai-nilai dan tatanan hidup jungkir balik sebagaimana telah diramalkan para sesepuh dulu seperti terungkap dalam pasemon kuno seperti:  akeh wong nyekel bandha uripe sangsara, durjana ngambra-ambra, wong bener  thenger-thenger, wong salah bungah-bungah, wong sawenang-wenang rumangsa menang, wong suci dibenci, wong jahat munggah pangkat, begal pada ndhugal, rampok keplok-keplok, wong dosa sentosa, akeh wong limbung, wong wadon nganggo pakaian lanang, wong wadon numpak jaran, wong lanang numpak dingklik, ukuman ratu ora adil, kabeh pada cidra,wong lanang ilang kaprawirane, wong wadon ilang kawirangane…dan seterusnya,” kata Sufi Sudrun.

    “Waduh kang, aku tidak faham pasemon-pasemon begitu,” sahut Sukiran garuk-garuk kepala,”Aku pingin tahu contoh riil tanda-tanda Kaliyuga.”

    “Menurutmu, perempuan itu pantas tidak jadi tukang copet, preman, maling, perampok, koruptor, pembunuh, penipu, pencoleng, penmgedar narkoba, dan berbagai tindak kriminal lain?” tanya Sufi Sudrun memancing.

    “Ya pasti tidak pantas, kang. Di mana-mana tempat dan di jaman apa pun, tidak cocok ada perempuan nyopet, ngutil, ngrampok, nodong, njambret, nggarong, korupsi, menipu, apalagi menjadi pembunuh dan bromocorah,” kata Sukiran.

    “Idealnya memang seperti itu, tapi faktanya?”

    “Hhmm, sekarang banyak juga perempuan menjadi pelaku tindak kriminal seperti  curat, curas, curanmor, menipu, korupsi, merampok, membunuh, mengutil,menganiaya, mengedar narkoba, menabrak orang sampai mati,  kejahatan seks, dan lain-lain. …”

    “Kau pernah tahu perempuan menggarong uang nasabah bank senilai puluhan miliar?”

    “Itu kasus yang membawa-bawa nama Malinda Dee..”

    “Perempuan yang menyuap untuk mendapat proyek?”

    “Itu Rosalina Mindo…begundalnya Nazaruddin…”

    “Perempuan sholihah pakai cadar yang terlibat kasus suap?” tanya Sufi Sudrun.

    “Itu sih, Yulianis,” sahut Sukiran,"Dijatuhi hukuman penjara dua tahun."

      “Sekretaris Banggar DPR yang kesangkut kasus suap proyek daerah di Papua?”

      “Andi..Andi..Nurhayati-kah?”

      "Pengguna narkoba yang nabrak orang di trotoar sampai mati 9 orang?"

     "O itu kasusnya Afriyani..."

     "Perempuan yang memutilasi suaminya?"

    "Itu Yu Painem, Jagal Jombang, saudaranya Ryan... jagal Jombang laki-laki"

       “Itu baru perempuan yang kena jerat hukum, yang masih bebas dilindungi siluman hukum masih ratusan..”

       “Ee saya dengar  Cici Tegal kena masalah hukum ya?” tanya Dullah menyela.

       “Kayaknya iya,” sahut Sukiran,”Kasus Andi Nurpati juga belum dilanjut...”

       “Tapi ada juga kasus hukum perempuan yang tidak dilanjut…” kata Sufi Sudrun.

         “Siapa kang?”

          “Itu Cut Tari dan Luna Maya yang kasusnya menghebohkan dunia..”

         “Iya ya kang, memang sekarang ini perempuan jadi hebat dalam melakukan kejahatan. Mereka seperti sudah tak kenal lagi perbedaan gender dalam tindak kriminal. Perempuan dalam emansipasi sudah setara dengan laki-laki, bahkan tidak mau kalah terutama dalam kriminal…” kata Sukiran ketawa.

            “Yang pasti, jika perempuan melakukan tindak kejahatan jumlahnya mencapai 7,5% dari populasi, maka laki-laki yang melakukan kejahatan pada populasi itu adalah 10 kali lipatnya…” kata Sufi Sudrun.

            “Berarti jumlah total kejahatan bisa mencapai 82,5% dari populasi?” seru Dullah heran,”Itu berarti sudah bejat betul masyarakatnya. Itu sudah pantas disebut zaman Kaliyuga. Zaman kebejatan.”

           “Apakah itu berarti bangsa kita sudah  bejat benar, kang,” sahut Sukiran,”Tapi ngomong-ngomong, data itu sampeyan dapat dari mana, kang?”

           “Dari hasil riset Prof Dr Stephen J. Goldman.”

           “Siapa itu Prof Dr Stephen J.Goldman, kang?”

           “Itu, sepupunya Batman, tetangganya Superman, temannya Spiderman…”
You have read this article with the title Zaman Kaliyuga dan Perempuan Kriminal. You can bookmark this page URL http://khagussunyoto.blogspot.com/2012/10/zaman-kaliyuga-dan-perempuan-kriminal.html. Thanks!

2 comment for "Zaman Kaliyuga dan Perempuan Kriminal"