Suatu sore, Bu Nuriyah, guru baru TK-PAUD Sakinah wa Rahmah yang mengajar kelas TK-B menghadap Guru Sufi untuk melaporkan pengalaman aneh dan membingungkan yang dialaminya sejak mengajar sebulan lalu. Pengalaman aneh dan membingungkan itu menyangkut perkembangan dua-tiga orang siswanya yang diam-diam menakutkan bagi seorang pendidik sepertinya. "Apa itu menyangkut Wafir, Azza dan Nabilah?” tanya Guru Sufi. “Benar Mbah Kyai,” sahut Bu Nuriyah. “Mereka masih menolak menyanyikan lagu-lagu nasional, termasuk lagu kebangsaan Indonesia Raya?” sahut Guru Sufi dengan nada tanya. “Mereka juga menolak pelajaran menggambar makhluk hidup, emoh ikut upacara, menampik bendera merah putih, emoh melihat lambang Pancasila, tapi tiap hari membawa bendera kecil Hizbut Takfir,” kata Bu Nuriyah menjelaskan. “Bukankah itu sudah diketahui guru-guru lain?” kata Guru Sufi datar,”Apa yang membuat Bu Nuriyah merasa takut?” “Anu Mbah Kyai, anu..,” sahut Bu Nuriyah terbata-bata,”Tadi ada kasus yang membuat saya takut, terutama dengan perkembangan mereka.” “Kasus apa?” “Wafir memukul temannya, Fariz,” kata Bu Nuriyah menjelaskan,”Waktu Fariz akan membalas, saya cegah. Karena saya tahu Wafir yang jahil, saya minta dia untuk minta maaf kepada Fariz. Tapi dia menolak. Saya bujuk, dia tetap menolak untuk minta maaf.” “Oo begitu,” sahut Guru Sufi geleng-geleng kepala,”Diracuni doktrin apalagi anak yang fitrah itu oleh orang tuanya?” “Ya Mbah Kyai, saya paksa pun Wafir tetap menolak untuk minta maaf..” “Apa alasan Wafir bersikukuh menolak minta maaf?” “Katanya, dia ingin perbuatannya memukul itu dibalas dengan dipukul. Dia ingin sekolah menerapkan hukum qishash. Menghukumnya dengan cara mukul dirinya yang sudah memukul Fariz. Itu qishash yang wajib dijalankan. Jadi dia bersikukuh menolak untuk meminta maaf. Dia ingin dipukul seperti dia memukul Fariz,” kata Bu Nuriyah heran. “Kasihan anak itu, jiwanya sudah dirusak oleh doktrin sesat yang didasari semangat “ana khoiru minhu” Iblis dan hasrat “ana robbukumul a’la” Fir’aun. Itu artinya, sejak sekarang kita sudah bisa melihat bagaimana nasib anak itu ke depan nanti,” kata Guru Sufi. “Bagaimana nasibnya nanti, Mbah Kyai?” tanya Bu Nuriyah ingin tahu. “Secara genetika tidak akan jauh dari sifat orang tuanya. Bahkan dia kelak akan dikucilkan dari pergaulan manusia sebagaimana Iblis dikucilkan dari jama’ah malaikat dan manusia. Dia akan hidup sebagai makhluk takkabur yang selalu dijerat angan-angan bahwa dirinya adalah manusia paling suci, paling benar dan paling mulia, yang semua itu jauh dari realita. Kasihan sekali, dia dididik menjadi penderita Megalomanic” kata Guru Sufi geleng-geleng. “O Gitu ya Mbah Kyai,” sahut Bu Nuriyah,”Kasihan sekali. Tapi juga menakutkan.”
You have read this article with the title Anak TK-PAUD pun didoktrin Nilai-2 Iblis. You can bookmark this page URL http://khagussunyoto.blogspot.com/2012/10/anak-tk-paud-pun-didoktrin-nilai-2-iblis.html. Thanks!
Kasihan sekali,
ReplyDeletemampir blog saya. gan Education