Sekolah Agama pun Tarifnya Tak Terjangkau

Usai mengikuti tes masuk Madrasah Aliyah Negeri inovatif, Sukijo dan anaknya, Sukijan, melangkah gontai ke pesantren sufi. Seperti kehilangan tenaga, Sukijo menghempaskan tubuh di teras mushola sambil menggumam tidak jelas seperti memaki-maki dan menggerutu. Sukijan duduk merangkul lutut seperti putus asa.

      Sufi tua yang melihat bapak beranak dalam keadaan sedih itu menyapa dan menanyakan apakah yang sedang mereka alami hingga tampak bersedih hati. "Apakah kesedihan itu berkaitan dengan tes masuk sekolah?" tanya Sufi tua.

      "Ya begitulah, pakde," sahut Sukijo duduk sambil menggaruk kepala,"Kata-kata Mbah Kyai memang benar bahwa orang miskin haram bersekolah."

      "Kok bicara begitu, apa tes masuk MAN inovatif  anakmu sudah gagal?" tanya Sufi tua.

      "Bukan gagal tidak lulus pakde, tapi tidak punya uang."

      "Memangnya kena berapa?"

      "Tarif minimum Rp 7.813.000."

      "Lha kok lebih mahal dari universitas negeri yang lulus seleksi SNMPTN?" kata Sufi tua.

      "Itulah pakde masalahnya," kata Sukijo menarik nafas berat,"Orang seperti saya apa bisa menyekolahkan anak sampai tingkat SLTA?"

      "Lha sampeyan apa belum  tahu, berapa tarif MAN Favorit?"

      "Belum tahu pakde, tapi yang pasti lebih mahal."

      "Tepat. Menurut info, batas minimum sekitar Rp 10 juta. Tapi banyak orang tua murid memberi tambahan sampai Rp 20 juta, sehingga yang tertinggi itulah yang pasti diterima."

      "Wah saya benar-2 tidak bisa menyekolahkan Sukijan."

      "Jangan putus asa," sahut Sufi tua,"Masih ada yg lebih murah."

      "Sekolah di mana itu pakde?"

      "Ikut KEJAR PAKET C, dijamin murah meriah dan lebih singkat waktunya."

      "Apa KEJAR PAKET C?" sergah Sukijo dengan suara tinggi,"Saya mau memasukkan Sukijan ke MAN karena pelajaran agamanya lebih banyak dibanding SMA. Lha ini malah Kejar Paket C...weleh weleh.."

      "Semua orang tua memang ingin anaknya mendapat pelajaran agama lebih besar porsinya sehingga MAN jadi tujuan belajar anak. Tapi fakta menunjuk MAN memasang tarif terlalu tinggi. Jadi tidak terjangkau masyarakat. Oleh sebab itu, KEJAR PAKET C jadi pilihan. Untuk agama, harus  belajar sendiri di TPQ dan pesantren," kata Sufi tua.

       "Tapi pakde, hari gini ikut program KEJAR PAKET C..apa kata dunia?"

       "Memangnya anakmu itu mau belajar atau mau mengangkat gengsi?"

       "Ya belajar pakde."

       "Kalau belajar, ya KEJAR PAKET C pilihannya. Soalnya, hanya KEJAR PAKET C itulah program pendidikan yang murah dan bisa dijangkau orang miskin," kata Sufi tua.

       "Tapi untuk apa ijazah KEJAR PAKET C?" tanya Sukijo minta penjelasan.

       "Lho ijazah KEJAR PAKET C itu setara SMA. Jadi bisa untuk melanjutkan belajar di perguruan tinggi."

       "Apa iya begitu toh?"

       "Ya, bahkan program KEJAR PAKET C bisa meluluskan peserta didik kurang dari dua tahun."

       Sukijo garuk-2 kepalanya yangb tidak gatal. Ia bingung. Sebab ia sangat ingin anak-anaknya belajar agama yang dalam. Namun ketika fakta membuktikan bahwa sekolah agama begitu mencekik tarifnya, ia merasakan kekecewaan luar biasa melumat-lumat hatinya. Ia tidak pernah membayangkan bagaimana pendidikan bermuatan agama tiba-tiba diorientasikan kepada bisnis. Lalu sambil menggerutu ia mengomel,"Ora sekolah agama ora patheken. Agama kok dibikin bisnis...."

      "Zamannya memang zaman duit, mau apalagi?"
You have read this article with the title Sekolah Agama pun Tarifnya Tak Terjangkau. You can bookmark this page URL http://khagussunyoto.blogspot.com/2012/10/sekolah-agama-pun-tarifnya-tak.html. Thanks!

No comment for "Sekolah Agama pun Tarifnya Tak Terjangkau"

Post a Comment