Puisi Post Hegemoni

Untuk Chairil Anwar

d/a Pemakaman Umum Karet Bivak

Oleh: Hasyim Wahid *)



Ini pembicaraan antara dua ekor binatang jalang.

Yang satu telah berkalang tanah, yang satu akan segera menyusul.

(Swastrawan, budayawan, teknokrat dan birokrat, kritisi, lembaga

survey, lembaga poll dan para parpol dilarang nguping !)



The young dead soldiers do not speak, begitu judul puisi

Archibald MacLeish yang kau curi, kata para sastrawan dan kritisi.



Nggak apa-2, kataku, meski aku belum lahir waktu itu. Dalam

ruhku ruhmu ruh tarji ruh batu ruh mantra kita, para binatang

jalang sudah tau sebelum lahir, mereka akan curi ribuan trilyun

dari bangsa sendiri dan teknokrat serta budayawan akan memberi

pembenaran untuk maling-2 itu.



and when the clock counts/ dan jam dinding yang berdetak

(sialan tarji! katanya dia sudah pecahkan tik-tok jam, ambil

jarumnya jadikan diam. tapi kok jam masih jalan?)

bunga utang masih meluncur laju dan bunga mantra mati layu.



We were young, they say. We have died; remember us./

Kenang, kenanglah kami

Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu

Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi.

(Kau plagiator hebat, nyontek dan diberi bumbu lokal yang

sedap. Itu lebih sedap daripada mengutak-atik pelatuk

austerity program IMF – maaf tarji aku nyontek darimu –

IMF toh juga sekedar mantra.) Kitab aslinya Mantra Betal Jemur

Adam Makna Bretton Woods – hampir semua ekonom juga

nyontek dari situ.



Tapi kau, binatang jalang yang dikubur di Karet Bivak,

tetap binatang jalang dan bukan Prabu Jayabaya atawa Nostradamus.

Kau tak bisa meramal jadi apa sekarang beribu tulang diliputi debu

yang terbaring antara Karawang-Bekasi.



Maka menangislah di Karet Bivak, saudaraku, menangislah

sederas-deras tangis di hari peringatan proklamasi

republik makelar dan pencoleng ini.

Semoga airmatamu dan beribu tulang mereka jadi tangga ke langit

mengintip kemana nyasarnya empat cita-cita kemerdekaan kita.



Jakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 2012.





*)Hasyim Wahid



Lahir di Jakarta, 30 Oktober 1953

Otodidak.

Kumpulan puisi pertamanya ”Bunglon”

terbit tahun 2005, dan dipentaskan secara musikal

di tahun yang sama di Taman Ismail Marzuki, Jakarta
You have read this article with the title Puisi Post Hegemoni. You can bookmark this page URL http://khagussunyoto.blogspot.com/2012/10/puisi-post-hegemoni.html. Thanks!

No comment for "Puisi Post Hegemoni"

Post a Comment