Ketika sedang asyik menonton tayangan TV seputar ribut-ribut aksi menolak kenaikan BBM, tiba-tiba Sufi tua menerima SMS dari Johnson, keponakannya di ibukota. Isi SMS memberitahu bahwa pemerintah sedang memproses penjualan 6 BUMN melalui pasar modal dan melalui skema strategic sales. Yang dijual lewat pasar modal adalah Semen Baturaja, BTN dan Kimia Farma. Sedang yang dijual lewat skema strategic sales PT INTI -Industri Telekomunikasi Indonesia, IGLAS dan Industri Sandang.
Sufi tua menggeleng-geleng kepala dan menarik nafas panjang usai membaca SMS. Dullah yang duduk di samping Sufi Sudrun heran melihat Sufi tua yang kelihatan sedih dan gelisah. Lalu dengan hati-hati ia bertanya ada apakah gerangan Sufi tua tampak sedih setelah membaca SMS. "Apakah ada berita duka, pakde?" tanya Dullah.
"Ya berita duka,' sahut Sufi tua dingin.
"Siapa keluarga pakde yang meninggal?"
"Meninggal dengkulmu itu."
"Lho katanya berita duka..."
"Berita duka karena negaraku makin melarat..." tukas Sufi tua datar.
"Memangnya ada apa?" gumam Dullah heran,"Bagaimana negara bisa tambah melarat?"
"Ya aset-asetnya dijuali oleh rezim berkuasa," sahut Sufi tua.
"Tapi kok tidak ada pengumuman kalau aset negara dijual? tanya Dullah belum faham.
"Karena istilah yang digunakan bukan MENJUAL ASET NEGARA BUMN," kata Sufi tua.
"Lalu pakai istilah apa pakde?" tanya Dullah ingin tahu.
"PRIVATISASI," sahut Sufi tua singkat.
"Hwarakadah," sahut Dullah kaget,"Istilah itu kan sudah lama digunakan? Tapi apa benar PRIVATISASI itu sama maknanya dengan MENJUAL ASET NEGARA?"
"Ya pasti itu maknanya," kata Sufi tua,"PRIVATISASI itu bermakna: dari milik negara menjadi milik pribadi. Itu sudah digunakan rezim sejak era reformasi lewat BPPN. Jadi jumlah aset negara tambah habis."
"Padahal, dua tahun lagi rezim sudah tidak berkuasa, meninggalkan negara yang tuna aset, dikepung utang luar negeri, jadi sarang tikus, dan terancam jadi neghara gagal," sahut Sufi Sudrun menimpali.
"Tapi kenapa dijualnya kok tidak terbuka lewat iklan di media massa supaya rakyat tahu?" tanya Dullah.
"Justru rakyat tidak boleh tahu," sahut Sufi tua,"Karena itu, penjualan aset-aset negara yang pakai istilah PRIVSATISASI itu selalu dilakukan di tengah kegaduhan isu-isu dan berita-berita besar."
"Woo gitu ya," Dullah mengangguk-angguk,"Tentunya ada komisi dan fee dalam proses melego aset negara itu ya pakde?"
Sufi tua mengangguk kurang semangat
Sufi tua menggeleng-geleng kepala dan menarik nafas panjang usai membaca SMS. Dullah yang duduk di samping Sufi Sudrun heran melihat Sufi tua yang kelihatan sedih dan gelisah. Lalu dengan hati-hati ia bertanya ada apakah gerangan Sufi tua tampak sedih setelah membaca SMS. "Apakah ada berita duka, pakde?" tanya Dullah.
"Ya berita duka,' sahut Sufi tua dingin.
"Siapa keluarga pakde yang meninggal?"
"Meninggal dengkulmu itu."
"Lho katanya berita duka..."
"Berita duka karena negaraku makin melarat..." tukas Sufi tua datar.
"Memangnya ada apa?" gumam Dullah heran,"Bagaimana negara bisa tambah melarat?"
"Ya aset-asetnya dijuali oleh rezim berkuasa," sahut Sufi tua.
"Tapi kok tidak ada pengumuman kalau aset negara dijual? tanya Dullah belum faham.
"Karena istilah yang digunakan bukan MENJUAL ASET NEGARA BUMN," kata Sufi tua.
"Lalu pakai istilah apa pakde?" tanya Dullah ingin tahu.
"PRIVATISASI," sahut Sufi tua singkat.
"Hwarakadah," sahut Dullah kaget,"Istilah itu kan sudah lama digunakan? Tapi apa benar PRIVATISASI itu sama maknanya dengan MENJUAL ASET NEGARA?"
"Ya pasti itu maknanya," kata Sufi tua,"PRIVATISASI itu bermakna: dari milik negara menjadi milik pribadi. Itu sudah digunakan rezim sejak era reformasi lewat BPPN. Jadi jumlah aset negara tambah habis."
"Padahal, dua tahun lagi rezim sudah tidak berkuasa, meninggalkan negara yang tuna aset, dikepung utang luar negeri, jadi sarang tikus, dan terancam jadi neghara gagal," sahut Sufi Sudrun menimpali.
"Tapi kenapa dijualnya kok tidak terbuka lewat iklan di media massa supaya rakyat tahu?" tanya Dullah.
"Justru rakyat tidak boleh tahu," sahut Sufi tua,"Karena itu, penjualan aset-aset negara yang pakai istilah PRIVSATISASI itu selalu dilakukan di tengah kegaduhan isu-isu dan berita-berita besar."
"Woo gitu ya," Dullah mengangguk-angguk,"Tentunya ada komisi dan fee dalam proses melego aset negara itu ya pakde?"
Sufi tua mengangguk kurang semangat
You have read this article with the title PRIVATISASI = MENJUAL ASET-ASET NEGARA. You can bookmark this page URL http://khagussunyoto.blogspot.com/2012/10/privatisasi-menjual-aset-aset-negara.html. Thanks!
No comment for "PRIVATISASI = MENJUAL ASET-ASET NEGARA"
Post a Comment