Setelah melihat sekilas tayangan TV usai shalat isya, Sufi Jadzab tiba-2 menangis tersedu-sedu di teras musholla. Ketika ditanya Dullah mengapa menangis, Sufi Jadzab menyatakan rasa ibanya kepada kepala negara yang sudah bekerja keras tetapi malah dimaki-maki dan diancam-ancam lewat SMS. "Kasihan beliau itu, kerja kerasnya tidak dihargai malah dimaki dan diancam. Padahal, beliau itu sangat berat hati menaikkan harga BBM. Mana ada presiden yang senang membuat kebijakan yang bakal menyengsarakan rakyat," gumam Sufi Jadzab terisak-isak.
Dullah yang terpengaruh ucapan Sufi Jadzab matanya berkaca-kaca, ikut haru.
Sufi tua yang diam-diam melihat perbincangan Sufi Jadzab dengan Dullah, tiba-tiba menyela,"Kalian jangan cengeng, gampang mewek melihat keluh-kesah orang."
"Tapi itu memang mengharukan, pakde," sahut Dullah.
"Kalian harus ingat ucapan bijak Khalifah Umar ibn Khaththab: Orang yg tidak bisa memimpin diri sendiri jangan diharap bisa memimpin keluarganya. Orang yang tidak bisa memimpin keluarganya, jangan diharap bisa memimpin masyarakat seluruhnya apalagi memimpin negara."
"Tapi apa relevansi analogisnya dengan kasus keluh-kesah kepala negara?' tanya Dullah heran.
"Analoginya: Kalau kepala negara sudah merasa terancam dan tidak yakin bisa melindungi diri sendiri dan keluarganya, bagaimana mungkin dia akan bisa melindungi keselamatan warganegara bangsa seluruhnya?" sahut Sufi tua dengan nada tanya.
"Woo begitu ya," sahut Dullah mengusap airmata di pipinya,"Itu sebabnya, di bawah beliau rakyat negara ini banyak yg tidak selamat dimangsa Tsunami, Gempa Bumi, Tanah Longsor, Banjir Bandang, Angin Puting Beliung, Ombak Besar, Kecelakaan Massal, Konflik Sosial, Friksi Agama, Terorisme, Penyakit, sampai Aksi-aksi Premanisme...."
"Huss, jangan ngrasani orang," sahut Sufi Jadzab menghardik,"Itu dosa!"
"Bukan ngrasani, kang, tapi meluruskan pola pikir yang keliru akibat pengaruh kesan pencitraan yg irasional."
Dullah yang terpengaruh ucapan Sufi Jadzab matanya berkaca-kaca, ikut haru.
Sufi tua yang diam-diam melihat perbincangan Sufi Jadzab dengan Dullah, tiba-tiba menyela,"Kalian jangan cengeng, gampang mewek melihat keluh-kesah orang."
"Tapi itu memang mengharukan, pakde," sahut Dullah.
"Kalian harus ingat ucapan bijak Khalifah Umar ibn Khaththab: Orang yg tidak bisa memimpin diri sendiri jangan diharap bisa memimpin keluarganya. Orang yang tidak bisa memimpin keluarganya, jangan diharap bisa memimpin masyarakat seluruhnya apalagi memimpin negara."
"Tapi apa relevansi analogisnya dengan kasus keluh-kesah kepala negara?' tanya Dullah heran.
"Analoginya: Kalau kepala negara sudah merasa terancam dan tidak yakin bisa melindungi diri sendiri dan keluarganya, bagaimana mungkin dia akan bisa melindungi keselamatan warganegara bangsa seluruhnya?" sahut Sufi tua dengan nada tanya.
"Woo begitu ya," sahut Dullah mengusap airmata di pipinya,"Itu sebabnya, di bawah beliau rakyat negara ini banyak yg tidak selamat dimangsa Tsunami, Gempa Bumi, Tanah Longsor, Banjir Bandang, Angin Puting Beliung, Ombak Besar, Kecelakaan Massal, Konflik Sosial, Friksi Agama, Terorisme, Penyakit, sampai Aksi-aksi Premanisme...."
"Huss, jangan ngrasani orang," sahut Sufi Jadzab menghardik,"Itu dosa!"
"Bukan ngrasani, kang, tapi meluruskan pola pikir yang keliru akibat pengaruh kesan pencitraan yg irasional."
You have read this article with the title Jika Kepala Negara tidak bisa melindungi diri sendiri. You can bookmark this page URL http://khagussunyoto.blogspot.com/2012/10/jika-kepala-negara-tidak-bisa.html. Thanks!
No comment for "Jika Kepala Negara tidak bisa melindungi diri sendiri"
Post a Comment