"Perlawanan Diam" Para Sufi Terhadap Kapitalis-Imperialisme Global

Suasana di Pesantren Sufi yang terlihat adem-ayem di saat umat Islam dunia melakukan aksi protes terhadap film Innocence of Islam, ternyata menimbulkan  tanda tanya dan penasaran sejumlah tokoh keagamaan seperti ustadz Dul Wahab, ustad Rizik, ustadz Sukiono, ustadz Abu Bakar, dan bahkan Kyai Munasikin. Diam-diam mereka mengirim murid-murid dan orang-orang kepercayaan mereka untuk mengetahui apa sebenarnya yang terjadi di Pesantren Sufi  sehingga tidak sedikit  pun  terlihat adanya reaksi terhadap film yang menggemparkan dunia itu.

              Informasi awal yang diperoleh dari dalam Pesantren Sufi adalah ungkapan yang membuat orang jengkel: para sufi dan santri di pesantren tidak mengikuti cara pandang dan alur logika  yang digunakan kebanyakan orang karena menganut pemikiran Post Hegemony, sehingga tidak perlu ikut aksi unjuk rasa yang bermuara pada pecahnya tindak kekerasan fisik.

               “Itu pikiran sesat Dajjal,” sahut ustadz Dul Wahab saat menerima laporan dari muridnya.

               “Itu alasan yang dibuat-buat saja untuk menutupi sikap pengecut para sufi,” kata ustadz Rizik.

               “Amati terus, apa tindakan mereka selanjutnya,” kata Kyai Munasikin memerintahkan santrinya untuk tetap menunggu dengan sabar sikap Pesantren Sufi selanjutnya.

                Informasi berikutnya yang berupa pernyataan bahwa pihak pesantren telah melakukan “perlawanan diam” sebagai bentuk perlawanan paling relevan untuk menghadapi hegemoni Kapitalisme Global, makin membuat geram dan naik darah para ustadz. Dengan berteriak lantang ustadz Dul Wahab mengumpat,”Perlawanan Diam apa? Melawan hegemoni dengan cara bagaimana kalau diam? Dengan doa-doa, wirid, mantera, sihir?”

                “Alasan yang tidak ketemu nalar, mana ada diam dibilang melawan?” kata ustadz Rizik.

                “Dasar Islam sontoloyo! Pengkhayal! Lari dari dunia riil dengan alas an macam-macam. Sontoloyo! Letoy!” sahut ustadz Sukiono marah-marah.

                 Kyai Munasikin yang belum faham dengan informasi yang diperoleh, datang langsung ke pesantren menghadap Guru Sufi yang kebetulan sedang menjalankan riyadha tidak keluar kamar.  Kyai Munasikin ditemui Sufi tua dan Sufi Kenthir. Murid-murid ustadz Dul Wahab, ustadz Rizik, ustadz Sukiono, dan ustadz Abu Bakar diam-diam ikut mendengar perbincangan Kyai Munasikin dengan Sufi tua dan Sufi Kenthir.

                 Setelah berbincang seputar  kasus penistaan terhadap Nabi Muhammad Saw lewat film dan gambar kartun, Sufi tua menjelaskan bahwa para sufi memandang film  Innocence  of Islam dan gambar kartun Nabi Saw adalah sebuah  kesengajaan yang  dibuat oleh Empire Global Ad-Dajjal dalam rangka meningkatkan frekuensi kebenaran teori Samuel Huntington yang menyatakan bahwa pasca runtuhnya komunisme,  yang terlibat konflik bukanlah kaum proletar dan borjuis kapitalis melainkan  umat  beragama Kristen (white Anglo-Saxon Protestant) yang mewakili peradaban Barat melawan umat beragama Islam dan Konfusius yang mewakili peradaban Timur .

                 “Maaf kang,” sahut Kyai Munasikin,”Ada tujuan  apa di balik teori Huntington itu?”

                 “Tujuan utamanya, tentu  agar masyarakat dunia sibuk membincang konflik berlatar agama tanpa sedikit pun  membincang  Kapitalisme Global yang dengan leluasa menjalankan agenda jahatnya menguasai dunia dan mengeksploitasi Negara-negara dunia ketiga. Lihat Negara kita! Di saat kita rebut masalah konflik agama sejak tahun 1996 sampai era reformasi hingga saat ini, tahu-tahu asset Negara sudah habis dikuasai perusahaan Multi Nasional (MNC) dan Trans Nasional (TNC) milik Amerika, Inggris, Perancis, Jepang, Australia, Cina. Bahkan saat kita  ribut soal konflik agama yang dengan sengaja dipelihara, UUD 1945 sudah diamandemen dan dijadikan landasan bagi lahirnya undang-undang berjiwa kapitalis-imperialistik,” papar Sufi tua.

    “Jadi dengan ribut-ribut soal film Innocence of Islam?” tanya Kyai Munasikin ingin tahu.

     “Pastinya Empire Global ad-Dajjali sedang menjalankan agenda  untuk mengembangkan dan memperkuat  kekuasaan dan kekayaan duniawinya, sementara warga dunia  disibukkan membincang konflik masalah agama,” kata Sufi tua menjelaskan.

    “Berarti kita tidak boleh terpancing lalu  marah-marah dan  beramai-ramai berdemonstrasi mengecam Amerika dan Perancis?” sahut Kyai Munasikin.

              “Seyogyanya kita harus tenang dengan terus mencari informasi agenda tersembunyi yang sedang dijalankan para kaki tangan Dajjal,” sahut Sufi tua.

                “Tapi  kang,” sahut Kyai Munasikin ,”Bagaimana mungkin menghadapi skenario seperti ini kita disuruh melakukan perlawanan diam? Memangnya kita tidak berbuat apa-apa dan hanya menunggu takdir Allah berlangsung menggilas umat Islam?”

    “Jangan salah faham Pak Kyai,” sahut Sufi tua,”Kita bicara “perlawanan diam” itu dalam konteks berpikir menurut logika Post Hegemony.”

              “Nah ini dia,” sergah Kyai Munasikin penasaran,”Bagaimana itu “perlawanan diam” menurut logika Post Hegemony? Bagaimana “diam” kok bisa dimaknai melawan apalagi melawan Kapitalisme Global?”

                 Sufi  Kenthir yang diam,  tiba-tiba angkat bicara,”Maksudnya dengan diam  tidak seperti yang Pak Kyai pikirkan maknanya.”

                  “Diam yang bagaimana? Mana mungkin diam bisa melawan?”

                  “Pak Kyai, kalau ada seorang pedagang sarung, lalu menawarkan sarungnya kepada kita dan kita tidak mereaksi tawarannya meski dilakukan dengan berbagai macam cara agar kita membeli, apakah yang kita lakukan dengan diam itu tidak bisa dimaknai perlawanan?” kata Sufi Kenthir.

                  “Ya tentu bisa,” sahut Kyai Munasikin.

                   “Kalau pedagang sarung itu dengan paksaan dan dengan tipu daya menghendaki kita membeli sarungnya, lalu kita diam saja tidak mereaksi..apakah kita salah?”

                   “Tentu tidak.”

                    “Itulah “perlawanan diam” yang sudah dilakukan para sufi beserta jaringan komunitasnya.”

                    “Maksudnya…?”

                    “Para sufi dan jaringan komunitasnya telah  menjalankan gerakan untuk membuta tuli terhadap berbagai bentuk iklan, reklame, pariwara, dan rayuan-rayuan salesman dan salesgirl yang dikirim para kapitalis untuk mengkonsumsi komoditas yang mereka produksi sebagai rayuan Dajjal. Itulah diam yang kami maksud sebagai perlawanan itu,” kata Sufi Kenthir.

                    “Jadi melakukan boikot?” sergah Kyai Munasikin buru-buru berpamitan diikuti murid-murid para ustadz .

       Entah siapa yang memulai, tiba-tiba sore hari sudah tersebar kabar bahwa Pesantren Sufi telah menyerukan seruan BOIKOT untuk melawan gerakan sistematis Kapitalisme Global yang dipelopori Amerika dan Perancis. Lalu tanpa diketahui siapa yang membuat, tiba-tiba malam hari sudah beredar selebaran yang berisi daftar nama produk-produk Amerika yang harus diboikot seperti   Coca-Cola, Fanta,  Sprite,  Frestea,  Ades,  Sunkist,  Fruitopia,Aqua, Dr Pepper, Schwepes, A&W , Delaware Punch, Hi-C, Simba, Sun Valley, Ginger Beer, Pepsi  Cola,  Pepsi Coke,  Mirinda,  7 Up. Tidak lama, muncul lagi selebaran berisi larangan masuk ke kedai-kedai American seperti  McDonald, KFC, warkop Starbuck, Baskin Robbins, Dunkin Donut’s, Arbys, Pizza Hut, Wendys.

               Bukan hanya selebaran, lewat SMS  tersebar seruan tentang haramnya merokok rokok produksi Amerika:Marlboro. Tak lama, muncul pula seruan lewat SMS untuk tidak belanja ke  Carefour dan larangan menonton acara  TV Trans-7 serta seruan untuk mematikan acara TV yang menayangkan  program VOA – Voice Of America

             Saat usai riyadhah Guru Sufi diberitahu beredarnya seruan Boikot, ia hanya geleng-geleng kepala sambil menggumam,”Boikot memang  kekuatan pasif yang paling ditakuti kaum borjuis- kapitalis-imperialis-kolonialis. Tapi yang mampu menjalankannya hanya para sufi dan orang-orang yang mampu mengendalikan hawa nafsu serta orang-orang berjiwa dan berpikiran merdeka. Dan jumlah mereka tidaklah banyak..”
You have read this article with the title "Perlawanan Diam" Para Sufi Terhadap Kapitalis-Imperialisme Global. You can bookmark this page URL http://khagussunyoto.blogspot.com/2012/10/perlawanan-diam-para-sufi-terhadap.html. Thanks!

1 comment for ""Perlawanan Diam" Para Sufi Terhadap Kapitalis-Imperialisme Global"

  1. ass yai, sya mahasiswa NU Sulawesi Barat, Kab. Mamuju.. sy ada rencana mau mondok di pesantren global.. bisa yahh ?, klau bisa, syaratnya apa kyai.. tks

    ReplyDelete