Kebebasan beribadah di Semarang terancam. Insiden kekerasan belum lama ini terjadi di dalam masjid Nurul Hikmah di Jalan Kedungmundu Raya di Kampung Karanggawang Baru No. 1 RT 4 RW 6 Kelurahan Tandang Kecamatan Tembalang Kota Semarang.
Usai memimpin sholat magrib berjamaah pada Minggu (12/2) lalu, imam masjid tersebut, Ahmad Chumaidi, dikeroyok dua pria berjenggot. Masih dalam posisi duduk usai salam di akhir sholat, saat dia berdoa membaca kalimat tahlil (La Ilaha Illallah) Chumaidi dipukul bertubi-tubi oleh Supriyono, dan anaknya, Koko, sambil diumpat dengan kata-kata kasar. Keduanya warga Karanggawang Baru RT 7 RW 6 Keluarahan Tandang Kecamatan Tembalang Kota Semarang yang berpenampilan celana congkrang dan berjenggot panjang.
Selain dua orang tersebut, empat orang pria berjenggot lainnya mencaci maki Chumaidi dan jamaah masjid lain yang mencoba melerai pengeroyokan itu. orang-oprang yang sedang berdzikir maupun yang sholat sunnah ba’diyah langsung bubar.
Menurut penututan Chumaidi, Supriyono dan Koko mengeluarkan kata-kata tantangan usai menjotosi dia di mihrab (tempat imam). Dengan sesumbar dua orang berbaju panjang dengan celana cingkrang itu menantang Chumaidi jika tidak terima. Namun imam masjid asal Kecamatan Wedung Kabupaten Demak itu diam saja tidak meladeni.
“Saya tetap duduk di tempat imam. Saya diam saja kala mereka mengatai-ngatai saya dan menantang. Saya tak mau ada perkelahian di dalam masjid,” tutur penjahit yang telah puluhan tahun di Semarang ini.
Kata dia, suasana di masjid malam itu mencekam. Ia lantas dievakuasi keluar masjid oleh jamaah. Lantas diantar ke Ruman Sakit Umum (RSU) Ketileng Semarang untuk mendapat perawatan dan visum dokter. Usai mendapat penanganan di unit Pelayanan Gawat Darura, Chumaidi lantas melaporkan kejadian itu ke Kepolisian Resort Kota Besar (Polrestabes) Semarang.
Di sentra pelayanan kepolisian dia menyampaikan kerugian fisik berupa pipi memar, tangan kiri sakit, telinga kiri sakit, kepala pusing. Pukulan keras di kepalanya membuat pendengarannya sempat terganggu sementara waktu.
Laporan diterima Kanit III Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu AKP Lilik Widagdo dengan nomor surat LP/279/II/2012/Jateng/Restabes. Namun meski telah sembilan hari berlalu, polisi belum menindaklanjuti laporan itu.
Selasa, (21/2) Chumaidi baru mendapat Surat bernomor Res 1.6/521/II/2012/Reskrim dari Polisi Penyidik, Kanit Idik I Satreskrim AKP Kuwat Slamet SH. Isinya, Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyelidikan berupa rencana mengundang para saksi mata kejadian untuk diminta klarifikasi (keterangan). Juga berisi permintaan agar Chumaidi menghubungi penyidik apabila sudah punya informasi untuk melengkapi pemeriksaan perkara.
Ketika wartawan menanyakan soal belum adanya tindakan kepolisian, Kasubag Humas Polrestabes Kompol Willer Napitupulu memberi penjelasan singkat. Dia berjanji akan menindaklanjuti laporan itu dan akan melakukan penegakan hukum secara tegas.
“Akan kita tindak lanjuti, terima kasih masukannya, kami sangat terbantu. Dalam penegakan hukum kita tegas. Bapak Kapolrestabes Elan Subilan sudah sering menjelaskan, kalau penegakan hukum telah dilaksanakan dgn baik,” tuturnya.
Pihaknya juga akan mengecek sejauh mana penyidikan kasus itu dilakukan, serta memastikan akan menindaklanjutinya. Jika ada yang kurang puas atas kinerja polisi dia ajak untuk membicarakan agar menjadi sinergis.
“Kami akan cek sejauh mana penyelidikannya. Kami akan tindaklanjuti. Mari kita bicarakan hal-hal yang belum memuaskan. Kami sangat terbantu,” lanjutnya.
Pengurus Takmir Diintimidasi
Pelaporan Ketua Takmir Masjid Nurul Hikmah, Ahmad Chumaidi ke kepolisian, membuat kelompok pria berjenggot semakin kalap. Mereka mengintimidasi para pengurus takmir masjid dan menebar fitnah di kalangan jamaah.
Praktis para pengurus takmir tidak tenang, ketakutan dan jamaah masjid dilanda ketegangan. Bahkan mulai ada upaya pemecahan sikap para pengurus takmir. Beberapa orang yang melihat langsung kejadian itu didatangi rumahnya dan ditakut-takuti agar tidak bersedia menjadi saksi jika diminta polisi. Sebagian sudah ada yang dipengaruhi agar berdamai saja, tidak melanjutkan di ranah hukum.
Dua orang pengurus takmir, Munawar dan Sunarto, kemarin telah menerima surat undangan dari Polrestabes Semarang untuk memberikan kesaksian pada 28 Faberuari mendatang. Namun Munawar yang biasa menjadi muadzin dan imam sholat Dhuhur dan Asar ini masih dalam posisi tertekan. Dia meminta saran dan pendampingan agar bisa lancar memberi keterangan di kantor polisi nanti.
Ketika reporter NU Online kemarin ikut sholat berjamaah sholat Asar di masjid tersebut, Munawar dikelilingi enam pria bejenggot yang berdiri di belakangnya di shof pertama. Di antara mereka adalah yang pernah memaki-maki Chumaidi saat terjadi pengeroyokan. Sementara jamaah lainnya cenderung memilih tidak bersebelahan dengan kelompok celana cingkrang tersebut. Menurut Munawar, pelaku pengeroyok Chumaidi masih sering sholat berjamaah di masjidnya itu dan mereka merasa menang sebab tiada perlawanan.
"Mereka tetap berjamaah di sini, Mas. Sebab mereka tinggal di sekitar sini. Tadi Anda lihat sendiri, jamaah kami merasa terintimidasi. Saya juga perlu bimbingan untuk menjadi saksi di kantor polisi 28 Februari nanti,” ujarnya.
Atas situasi itu, sesuai saran berbagai pihak, Ketua Takmir Ahmad Chumaidi berencana akan segera menggelar rapat. Rapat direncakanan diadakan jauh dari masjid untuk menenangkan pikiran serta menguatkan hati para pengurus takmir. Agar mereka tidak ketakutan dan tidak goyah jika “diajak damai” di luar koridor hukum.
Karena ancaman dan teror itu terus datang, Chumaidi mengadu ke beberapa kyai Nahdlatul Ulama. Juga kepada anggota Ansor yang dia kenal, yang langsung diteruskan kepada Ketua GP Ansor Kota Semarang Syaichu Amrin.
Sebenarnya GP Ansor telah mengerahkan Banser di masjid tersebut saat ada peringatan Maulid Nabi Muhammad pada 14 Februari yang dihadiri Wakil Rais Am Syuriyah PBNU, KH Mustofa Bisri. Namun Kepala Satkorcab Banser Kota Semarang Margono tidak bisa berbincang soal kasus tersebut karena kesibukan penyelenggaraan acara Maulid.
Selain itu, kaum berjenggot yang biasa disebut jamaah daulah dengan ciri khas senang khuruj (keluar) berkeliling menginap di masjid-masjid, tidak menghadiri pengajian Maulid tersebut karena menganggap kegiatan itu haram.
“Saat ada Gus Mus saya tidak bisa berbincang dengan Banser karena sibuk menerima tamu. Waktu itu kelompok daulah juga tidak menampakkan diri. Mereka tidak pernah menghadiri acara hari besar Islam termasuk Maulid karena menurut mereka haram. Bid’ah dholalah,” terangnya. (.)
Note: berita ini akan berlanjut besok. Karena saya sudah wawancara mengungkap kronologi peristiwa dan latar belakang terjadinya kasus tersebut.
Untuk semua sahabat di sini, SAAT ANDA MEMBACA POSTINGAN INI, REDAKSI KORAN SAYA DAN MEDIA LAIN BAIK CETAK MAUPUN ELEKTRONIK, SEDANG MENGEDIT TULISAN INI. INSYAALLAH BESOK TERBIT. tadi disebar oleh rekan saya ke media massa lain.
Saya adalah kontributor NU Online dan wartawan Harian Semarang. berita ini sudah saya kirim ke redaksi NU online tadi.
Sumber: Facebook Mas Nuruddin Hidayat
Usai memimpin sholat magrib berjamaah pada Minggu (12/2) lalu, imam masjid tersebut, Ahmad Chumaidi, dikeroyok dua pria berjenggot. Masih dalam posisi duduk usai salam di akhir sholat, saat dia berdoa membaca kalimat tahlil (La Ilaha Illallah) Chumaidi dipukul bertubi-tubi oleh Supriyono, dan anaknya, Koko, sambil diumpat dengan kata-kata kasar. Keduanya warga Karanggawang Baru RT 7 RW 6 Keluarahan Tandang Kecamatan Tembalang Kota Semarang yang berpenampilan celana congkrang dan berjenggot panjang.
Selain dua orang tersebut, empat orang pria berjenggot lainnya mencaci maki Chumaidi dan jamaah masjid lain yang mencoba melerai pengeroyokan itu. orang-oprang yang sedang berdzikir maupun yang sholat sunnah ba’diyah langsung bubar.
Menurut penututan Chumaidi, Supriyono dan Koko mengeluarkan kata-kata tantangan usai menjotosi dia di mihrab (tempat imam). Dengan sesumbar dua orang berbaju panjang dengan celana cingkrang itu menantang Chumaidi jika tidak terima. Namun imam masjid asal Kecamatan Wedung Kabupaten Demak itu diam saja tidak meladeni.
“Saya tetap duduk di tempat imam. Saya diam saja kala mereka mengatai-ngatai saya dan menantang. Saya tak mau ada perkelahian di dalam masjid,” tutur penjahit yang telah puluhan tahun di Semarang ini.
Kata dia, suasana di masjid malam itu mencekam. Ia lantas dievakuasi keluar masjid oleh jamaah. Lantas diantar ke Ruman Sakit Umum (RSU) Ketileng Semarang untuk mendapat perawatan dan visum dokter. Usai mendapat penanganan di unit Pelayanan Gawat Darura, Chumaidi lantas melaporkan kejadian itu ke Kepolisian Resort Kota Besar (Polrestabes) Semarang.
Di sentra pelayanan kepolisian dia menyampaikan kerugian fisik berupa pipi memar, tangan kiri sakit, telinga kiri sakit, kepala pusing. Pukulan keras di kepalanya membuat pendengarannya sempat terganggu sementara waktu.
Laporan diterima Kanit III Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu AKP Lilik Widagdo dengan nomor surat LP/279/II/2012/Jateng/Restabes. Namun meski telah sembilan hari berlalu, polisi belum menindaklanjuti laporan itu.
Selasa, (21/2) Chumaidi baru mendapat Surat bernomor Res 1.6/521/II/2012/Reskrim dari Polisi Penyidik, Kanit Idik I Satreskrim AKP Kuwat Slamet SH. Isinya, Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyelidikan berupa rencana mengundang para saksi mata kejadian untuk diminta klarifikasi (keterangan). Juga berisi permintaan agar Chumaidi menghubungi penyidik apabila sudah punya informasi untuk melengkapi pemeriksaan perkara.
Ketika wartawan menanyakan soal belum adanya tindakan kepolisian, Kasubag Humas Polrestabes Kompol Willer Napitupulu memberi penjelasan singkat. Dia berjanji akan menindaklanjuti laporan itu dan akan melakukan penegakan hukum secara tegas.
“Akan kita tindak lanjuti, terima kasih masukannya, kami sangat terbantu. Dalam penegakan hukum kita tegas. Bapak Kapolrestabes Elan Subilan sudah sering menjelaskan, kalau penegakan hukum telah dilaksanakan dgn baik,” tuturnya.
Pihaknya juga akan mengecek sejauh mana penyidikan kasus itu dilakukan, serta memastikan akan menindaklanjutinya. Jika ada yang kurang puas atas kinerja polisi dia ajak untuk membicarakan agar menjadi sinergis.
“Kami akan cek sejauh mana penyelidikannya. Kami akan tindaklanjuti. Mari kita bicarakan hal-hal yang belum memuaskan. Kami sangat terbantu,” lanjutnya.
Pengurus Takmir Diintimidasi
Pelaporan Ketua Takmir Masjid Nurul Hikmah, Ahmad Chumaidi ke kepolisian, membuat kelompok pria berjenggot semakin kalap. Mereka mengintimidasi para pengurus takmir masjid dan menebar fitnah di kalangan jamaah.
Praktis para pengurus takmir tidak tenang, ketakutan dan jamaah masjid dilanda ketegangan. Bahkan mulai ada upaya pemecahan sikap para pengurus takmir. Beberapa orang yang melihat langsung kejadian itu didatangi rumahnya dan ditakut-takuti agar tidak bersedia menjadi saksi jika diminta polisi. Sebagian sudah ada yang dipengaruhi agar berdamai saja, tidak melanjutkan di ranah hukum.
Dua orang pengurus takmir, Munawar dan Sunarto, kemarin telah menerima surat undangan dari Polrestabes Semarang untuk memberikan kesaksian pada 28 Faberuari mendatang. Namun Munawar yang biasa menjadi muadzin dan imam sholat Dhuhur dan Asar ini masih dalam posisi tertekan. Dia meminta saran dan pendampingan agar bisa lancar memberi keterangan di kantor polisi nanti.
Ketika reporter NU Online kemarin ikut sholat berjamaah sholat Asar di masjid tersebut, Munawar dikelilingi enam pria bejenggot yang berdiri di belakangnya di shof pertama. Di antara mereka adalah yang pernah memaki-maki Chumaidi saat terjadi pengeroyokan. Sementara jamaah lainnya cenderung memilih tidak bersebelahan dengan kelompok celana cingkrang tersebut. Menurut Munawar, pelaku pengeroyok Chumaidi masih sering sholat berjamaah di masjidnya itu dan mereka merasa menang sebab tiada perlawanan.
"Mereka tetap berjamaah di sini, Mas. Sebab mereka tinggal di sekitar sini. Tadi Anda lihat sendiri, jamaah kami merasa terintimidasi. Saya juga perlu bimbingan untuk menjadi saksi di kantor polisi 28 Februari nanti,” ujarnya.
Atas situasi itu, sesuai saran berbagai pihak, Ketua Takmir Ahmad Chumaidi berencana akan segera menggelar rapat. Rapat direncakanan diadakan jauh dari masjid untuk menenangkan pikiran serta menguatkan hati para pengurus takmir. Agar mereka tidak ketakutan dan tidak goyah jika “diajak damai” di luar koridor hukum.
Karena ancaman dan teror itu terus datang, Chumaidi mengadu ke beberapa kyai Nahdlatul Ulama. Juga kepada anggota Ansor yang dia kenal, yang langsung diteruskan kepada Ketua GP Ansor Kota Semarang Syaichu Amrin.
Sebenarnya GP Ansor telah mengerahkan Banser di masjid tersebut saat ada peringatan Maulid Nabi Muhammad pada 14 Februari yang dihadiri Wakil Rais Am Syuriyah PBNU, KH Mustofa Bisri. Namun Kepala Satkorcab Banser Kota Semarang Margono tidak bisa berbincang soal kasus tersebut karena kesibukan penyelenggaraan acara Maulid.
Selain itu, kaum berjenggot yang biasa disebut jamaah daulah dengan ciri khas senang khuruj (keluar) berkeliling menginap di masjid-masjid, tidak menghadiri pengajian Maulid tersebut karena menganggap kegiatan itu haram.
“Saat ada Gus Mus saya tidak bisa berbincang dengan Banser karena sibuk menerima tamu. Waktu itu kelompok daulah juga tidak menampakkan diri. Mereka tidak pernah menghadiri acara hari besar Islam termasuk Maulid karena menurut mereka haram. Bid’ah dholalah,” terangnya. (.)
Note: berita ini akan berlanjut besok. Karena saya sudah wawancara mengungkap kronologi peristiwa dan latar belakang terjadinya kasus tersebut.
Untuk semua sahabat di sini, SAAT ANDA MEMBACA POSTINGAN INI, REDAKSI KORAN SAYA DAN MEDIA LAIN BAIK CETAK MAUPUN ELEKTRONIK, SEDANG MENGEDIT TULISAN INI. INSYAALLAH BESOK TERBIT. tadi disebar oleh rekan saya ke media massa lain.
Saya adalah kontributor NU Online dan wartawan Harian Semarang. berita ini sudah saya kirim ke redaksi NU online tadi.
Sumber: Facebook Mas Nuruddin Hidayat
You have read this article with the title Di Masjid, Imam Sholat Dikeroyok Pria Berjenggot. You can bookmark this page URL http://khagussunyoto.blogspot.com/2012/10/di-masjid-imam-sholat-dikeroyok-pria.html. Thanks!
No comment for "Di Masjid, Imam Sholat Dikeroyok Pria Berjenggot"
Post a Comment