Batal Haji Malah Dapat Bunga Bank

          Di tengah kesibukan santri mencari rumput untuk kambing-kambing yang akan dijadikan hewan qurban, Dullah dengan diikuti Ning Muthmainnah, Ning Kamilatun, Ning Juwariyah, dan Kang Margono tergopoh-gopoh menghadap Guru Sufi. Mereka melaporkan bahwa rencana keberangkatan mereka ke tanah suci lewat PT Madzlumin al-Saqar telah batal. Dengan airmata berlinang-linang Ning Muthmainnah mengungkapkan rasa malunya kepada Guru Sufi,”Bagaimana tidak malu Mbah Kyai, pemberitahuan sudah disebar ke mana-mana dan hajatan walimatul hajj juga sudah dilakukan, ternyata batal.”

    “Mereka ditipu PT Madzlumin al-Saqar, Mbah Kyai,” kata Dullah mengomentari.

    “Apa benar ditipu?” kata Guru Sufi dengan nada tanya,”Uangnya hilang?”

    “Tidak juga mbah kyai,” sahut Ning Kamilatun menyahut.

    “Berarti uang dikembalikan?”

    “Nggih Mbah Kyai,” tukas Kang Margono.

    “Ya yang sabar saja, berarti belum waktunya dipanggil Allah untuk hadir ke rumah-Nya,” kata Guru Sufi menenangkan.

    “Tapi Mbah Kyai, untuk apa perusahaan PT Madzlumin Al-Saqar menjadi biro perjalanan haji kalau akhirnya tidak bisa memberangkatkan jama’ah calon haji?” tanya Kang Margono.

    “Eee kalian daftar dan bayar ongkos naik hajinya kapan?” tanya Guru Sufi tidak menjawab pertanyaan Kang Margono sebaliknya malah bertanya.

    “Saya daftar sekaligus bayar bulan Januari 2012,” sahut Kang Margono.

    “Saya malah daftar dan bayarnya bulan Agustus 2011,” kata Ning Muthmainnah menyela.

    “Saya daftar dan bayar bulan September 2011,” ujar Ning Kamilatun.

    “Saya daftar dan bayar  bulan Oktober 2011,” kata Ning Juwariyah menimpali.

    “Berapa biaya daftarnya?” tanya Guru Sufi.

    “8450 US $ atau 77.832.000 rupiah,” jawab Kang Margono.

    “Kembalinya juga sama?” tanya Guru Sufi.

    “PT Madzlumin al-Saqar berjanji akan secepatnya membayar utuh tanpa dikenai potongan apa pun, Mbah Kyai,” kata Ning Muthmainnah.

    “Berapa jumlah jama’ah calon haji yang akan diberangkatkan PT Madzlumin al-Saqar?”

    “178 orang, Mbah Kyai,” kata Kang Margono.

    Sufi tua yang sejak awal berdiam diri sambil manggut-manggut  tiba-tiba tertawa terbahak-bahak sembari menepuk-tepuk lantai,”Ini modus penipuan baru, huahaha..”

    “Lho pakde, sampeyan kok bisa mengatakan  kasus itu penipuan? Sergah Dullah heran.

    “Gampang saja alasanku bilang itu modus penipuan baru.”

    “Apa alasannya, pakde?”

    “Jika masing-masing orang bayar Rp 77.832.000, maka 178 orang akan terkumpul dana sebesar Rp 13.854.096.000,” kata Sufi tua terkekeh-kekeh,”Untuk apa duit itu?”

    “Ya kalau sudah dapat duit Rp 13,8 miliar,” kata Dullah belum faham,”Kan digunakan untuk mengurus ongkos paspor, visa, tiket pesawat pulang balik, sewa hotel, transportasi darat, dll? Jadi sudah untung PT Madzlumin al-Saqar berkenan mengembalikan tanpa dipotong apa pun.”

    “Dullah longor, telmi, bloon,” sahut Sufi tua terbahak,”Masih belum faham arah dan maksud omonganku.”

    “Maksudnya bagaimana, pakde?” sergah Dullah tak suka dibilang bloon.

    “Ya setelah dapat duit Rp 13.854.096.000, menyimpan uang itu di bank dalam bentuk deposito setahun dengan bunga 18,5%,” kata Sufi tua.

    “Setelah itu?” tanya Dullah penasaran.

    “Ya pemilik PT Madzlumin al-Saqar makan-makan enak terus ke kamar sambil menyanyikan lagunya Mbah Surip “Bangun Tidur Ku Tidur lagi” terus ngorok ke alam mimpi sambil menunggu uang tiga belas miliar delapan ratus limapuluh empat juta sembilan puluh enam ribu rupiah keluar bunganya,” kata Sufi tua.

    “Jadi?”

    “Ya sambil tidur-tidur, dia dapat bunga bank setahun sebesar Rp 2.563.007.760,” kata Sufi tua terkekeh-kekeh,”Duit dari jama’ah calon haji ya dikembalikan utuh.”

    “Tapi kenapa PT Madzlumin al-Saqar mengatakan uang dikembalikan utuh tanpa potongan apa pun?” gumam Dullah ingin tahu.

    “Ya itu logika kriminal dalam rangka menggiring pikiran orang agar pihak PT Madzlumin al-Saqar benar-benar telah bekerja mengeluarkan uang untuk mengurus ini dan itu, sehingga terkesan rugi. Padahal sejatinya, dia hanya pinjam uang jama’ah calon haji untuk wasilah mendapatkan bunga bank,” kata Sufi tua terkekeh.

    “Woo semprul temenan wong iku!” sahut Ning Juwariyah marah.

    “Dasar Sontoloyo,” sahut Ning Kamilatun.

    “Huss,” tukas Kang Margono,”Jangan bilang Sonto dia loyo. Justru dengan duit bunga bank itu Sonto dia kuat perkasa...” 

    “Semprul..semprul!”
You have read this article with the title Batal Haji Malah Dapat Bunga Bank. You can bookmark this page URL http://khagussunyoto.blogspot.com/2012/10/batal-haji-malah-dapat-bunga-bank.html. Thanks!

No comment for "Batal Haji Malah Dapat Bunga Bank"

Post a Comment