Showing posts with label Badui. Show all posts
Showing posts with label Badui. Show all posts
Sunday, December 16, 2012

PENISTAAN AGAMA

Usai shalat asyar berjama’ah para santri berkerumun di depan mading membaca dua berita yang baru diunduh dari www.news.detik.com dan www.seputar-indonesia.com yang isinya membuat para santri geleng-geleng kepala dan mendecakkan mulut. Isi berita itu sebagai berikut:
Semarang - Muttaqin, seorang ustadz dari desa Purwosari, Sukorejo, Kendal tidak menyangka menjadi korban pengeroyokan karena khotbahnya saat Salat Jumat. Ia dihajar massa karena berkhotbah terkait tembakau.
Ia menceritakan, Jumat lalu sekitar pukul 19.30 WIB, (23/11/2012), rumahnya didatangi oleh sejumlah orang yang menanyakan apakah dirinya yang berkhotbah saat Salat Jumat. Setelah menjawab pertanyaan tersebut Mutaqqin langsung diseret ke depan rumah tokoh warga bernama Ruwadi.
"Ada orang berteriak, saya disuruh keluar. Dia tanya apa saya yang khotbah tadi siang. Saya jawab 'iya'. Saya lalu dipukuli 15 menit," katanya saat dihubungi melalui telepon, Kamis (29/11/2012).
Dari para pelaku yang diperkirakan berjumlah 20 orang, samar-samar Mutaqqin mendengar alasan kenapa ia dihajar. Menurut para pelaku, ia dihajar karena dalam khotbah Jumatnya menyinggung soal tembakau dan warga sekitar mayoritas adalah petani tembakau.
"Padahal dalam khotbah tidak ada itu (menyinggung tembakau)," ujar Mutaqqin.
Ustadz tersebut berhenti dihajar setelah sampai di depan rumah kepala dusun. Namun saat perjalanan pulang ia mendapati seseorang bernama Chairun juga dihajar. Mutaqqin lalu kembali ke rumah kepala dusun untuk meminta bantuan.
Tidak terima diberlakukan demikian, Mutaqqin dan organisasinya yaitu Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) Jawa Tengah melaporkannya ke Polda Jateng. "Saya ingin masalah ini diproses secara hukum," imbuh Mutaqqin.
Sementara itu humas JAT, Endro Sudarsono mengatakan, selain Mutaqqin dan Chairun, ada satu orang lagi anggota JAT yang dihajar massa yaitu Heryadi.
"Tadinya mau lapor ke Polda, tapi ternyata Pak Chairun sudah lapor ke Polres Kendal. Karena kasusnya sama maka saya lapor ke Polres Kendal juga," tutup Endro
Empat Warga NU Ditahan, PCNU Kendal Protes Polres
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kendal kemarin melakukan protes keras terhadap penahanan empat warganya yang terlibat pemukulan terhadap dua anggota Jamaah Ansoru Tauhid (JAT).
Empat warga NU asal Desa Purwosari, Kecamatan Sukorejo yang ditahan di Polres sejak Selasa (4/12) yakni Asikin, Wan Supriyantoyono, Trimo Blimut dan Khaeron. Mereka diduga memukul dua anggota JAT, yakni Muttaqin dan Khoeron pada Jumat (30/11). Aksi pemukulan terjadi setelah Muttaqin menjadi khatib salat Jumat di Masjid Purwosari, Kecamatan Sukorejo. Dalam khutbahnya lewat pengeras suara, Muttaqin mengkafirkan warga NU yang menggelar tahlilan, manakib, dan ziarah kubur. Jadi alasan soal tembakau, itu mengada-ada.
Warga kampung yang jengkel dengan khutbah tersebut kemudian mencegat kedua korban. Selanjutnya terjadi adu mulut dan berakhir dengan pemukulan. Ketua PCNU Kendal KH Mohammad Danial didampingi Ketua Ansor Wahidin Said kemarin mendatangi Mapolres Kendal. Di Polres, keduanya diterima Kasat Reskrim AKP Agus Purwanto.Dalam pertemuan, mereka meminta empat warga NU tersebut ditangguhkan penahanannya.
Sementara di gedung NU, puluhan personel Barisan Ansor Serbaguna (Banser) disiapkan untuk menggeruduk Mapolres jika empat rekannya tidak dibebaskan. KH Mohammad Danial menilai polisi tidak berimbang dalam menangani kasus tersebut. Saat anggota JAT menistakan agama dengan mengkafirkan warga NU, polisi hanya diam. Namun ketika warga NU mereaksi dengan memukul anggota JAT, polisi langsung bergerak dengan menahan warganya.
Warga NU terpancing melakukan pemukulan kepada anggota JAT karena sejak 2008 mereka selalu mengkafirkan warga yang menggelar tahlil, manakib, dan ziarah kubur.“Jadi tahun ini istilahnya puncak kulminasi kemarahan warga NU yang selalu dikafirkan mereka,” ujar Danial. Menurut Danial, polisi mengesampingkan aspek keamanan dan ketertiban. Mestinya sebelum terjadi kasus pemukulan polisi harus menangani kasus penistaan agama yang dilakukan dua korban pemukulan yang anggota JAT.
Sementara,Ketua Generasi Muda Nahdlatul Ulama (GMNU) Nasikhin Jr mengaku pihaknya siap menggeruduk Mapolres untuk membebaskan empat warga NU.Ratusan personel Banser juga siap dikerahkan untuk membantu membebaskan warga yang ditahan polisi. Bahkan pihaknya siap menggelar razia terhadap anggota JAT di Kendal.
Usai berbincang satu sama lain, para santri menemui Sufi tua yang sedang duduk di teras musholla bersama Sufi Sudrun, Sufi Kenthir, dan Dullah. Niswatin yang penasaran meminta penjelasan seputar konflik JAT yang Wahhabi dengan NU yang Sunni. “Kalau sudah konflik seperti ini, apa tidak makin parah ke depannya nanti, pakde?” tanya Niswatin ingin tahu.
“Ah semua itu sebenarnya peristiwa ulangan saja,” kata Sufi tua berkomentar,”Maksudnya, sejarah itu cenderung terulang.”
“Maksudnya bagaimana pakde?” tanya Niswatin penasaran.
“Perang Wahhabi dengan NU kan sudah pernah terjadi di masa lalu?” kata Sufi tua.
“Kapan itu pakde?” sergah Patek menyela,”Saya kok belum tahu?”
“Perang pertama, sewaktu Perang Paderi di Sumatera Barat. Itu sejatinya kan perangnya Wahhabi dengan NU meski organisasi NU waktu itu belum terbentuk tapi tradisi keagamaan umat Islam di Sumatera Barat yang dikafirkan Wahhabi itu adalah sama dengan NU,” kata Sufi tua
“O itu saya pernah dengar dari Bagindo Letter, kepala adat Minang, pakde. Beliau menyatakan bahwa Perang Paderi itu sejatinya adalah perang Wahhabi-Sunni,” kata Patek.
“Yang kedua, ketika pecah konflik PKI dengan NU antara tahun 1964 – 1966,” kata Sufi tua.
Para santri tersentak kaget. Anoman yang penasaran langsung bertanya,”Bagaimana pakde bisa memandang konflik PKI – NU sebagai konfliknya Wahhabi dengan NU?”
“Lha pimpinan tertinggi PKI saat itu siapa?” tanya Sufi tua.
“Emh,..kalau tidak salah D.N.Aidit, pakde,” kata Anoman.
“Itu dia, Aidit itu keluarga Arab badui penganut Wahhabi,” kata Sufi tua,”Lewat PKI dilakukan penghujatan terhadap adat tradisi NU. Para kyai digolongkan sebagai setan desa. Tanah wakaf diserobot. Caci-maki terhadap kyai-kyai NU yang dianggap borjuis-feodal terus dilakukan sampai pecah konflik di berbagai tempat yang memuncak saat PKI melakukan makar.”
“Apa konfliknya dulu seperti di Kendal, pakde?”
“Mirip sekali,” kata Sufi tua,”Tanya orang-orang seusiaku yang mengalami peristiwa itu. Baca juga tulisan Agus Sunyoto berjudul Banser Berjihad Menumpas PKI. Semua itu konflik di akar yang meruyak sampai ke tingkat nasional.”
“Bagaimana pakde bisa menyimpulkan ada unsur Wahhabi dalam konflik berdarah PKI dengan NU?” tanya Niswatin ingin tahu.
“Gampang saja,” sahut Sufi tua,”Alimin, tokoh PKI internasional yang terlibat pemberontakan FDR/PKI tahun 1948 di Madiun, yang mengambil korban para kyai. Tapi di akhir hayatnya, Alimin berwasiat agar saat mati kelak ia ingin mati sebagai orang Jawa, yang didoakan dengan tahlilan dan slametan pada hari ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, dan ke-1000 hari. Itulah saat mati, orang-orang NU memaafkan kesalahan Alimin. Beramai-ramai mereka tahlilan mendoakan arwah tokoh PKI internasional itu.”
“:Dan orang NU tidak memaafkan Aidit beserta pengikutnya karena Aidit badui Wahhabi, begitu pakde?” tanya Niswatin.
“Kayaknya begitu, menurut simpulanku,” kata Sufi tua,”Entah benar entah tidak.”
You have read this article Badui / Wahhabi with the title Badui. You can bookmark this page URL http://khagussunyoto.blogspot.com/2012/12/penistaan-agama.html. Thanks!

Gus Dur Lengser dan Badui Nejd

oleh Agus Sunyoto

Sore usai shalat asyar, para santri berkerumun di depan musholla membaca berita baru di Mading hasil print unduhan dari Arrahmah.com. Isi berita itu sbb:

                                          Ditemukan soal ujian madrasah sebut Gus Dur lengser karena Korupsi

        DEPOK (Arrahmah.com) - Mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) kembali terusik. Setelah politikus Partai Demokrat Sutan Bhatoegana yang mengatakan bahwa Gus Dur lengser karena kasus korupsi, kini nama Gus Dur kembali dikaitkan dengan permasalahan tersebut.

           Hal itu ditemukan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Al Karimiyah KH Ahmad Damanhuri, dalam soal ujian semester ganjil dengan mata pelajaran sejarah untuk siswa Madrasah Aliyah (MA). Dalam soal ujian dalam bentuk pilihan ganda tersebut, ditanyakan apa penyebab jatuhnya pemerintahan  Abdurrahman Wahid? Mata pelajaran Sejarah yang diujikan pada Rabu lalu itu menuai keperihatinan dari kaum Nahdliyin.

            "Memang ada beberapa pilihan jawaban di sana, namun di kunci jawaban mengatakan bahwa Gus Dur lengser karena kasus Brunei Gate dan Bulog Gate. Jelas, ini sangat menyesatkan masyarakat dan para siswa yang tidak tahu apa-apa," ujarnya kepada wartawan, Jumat (7/12) seperti dilansir okezone.

Soal ujian yang dibuat Musyawarah Kelompok Kerja Madrasah Aliyah (MK2MA) Provinsi Jawa Barat itu, dinilai Damanhuri tidak etis dan menyesatkan. Ia meminta agar pembuat soal ujian tersebut diproses secara hukum.

             "Pembuat soal ujian harus diproses, tidak benar bahwa Gus Dur lengser karena kasus tersebut dan harus ada pelurusan sejarah. Selain itu, tidak ada di buku pelajaran Sejarah bahwa Gus Dur turun dari jabatannya karena kasus korupsi, dan siswa kami pun tidak pernah mempelajari sejarah tersebut," paparnya.

               Para siswa yang mendapatkan soal ujian itu, dikatakan Damanhuri, tidak mengetahui apa-apa tentang Gus Dur. Karena saat itu mereka masih duduk di Sekolah Dasar (SD).

         "Tidak logis jika soal tersebut diberikan kepada siswa Madrasah Aliyah saat ini," jelasnya.

       Para santri saling pandang dengan heran usai membaca berita. Sebentar kemudian mereka mendatangi Guru Sufi, meminta pendapat bijak tentang berita bernuansa fitnah itu. “Kenapa ada soal ujian kok seperti itu, Mbah Kyai?” tanya Sule penasaran diikuti teriakan santri-santri.

      Guru Sufi mengangkat tangan, menginginkan santri-santri tidak gaduh. Setelah semua tenang, Guru Sufi bicara tenang,”Semua itu pangkalnya dari makam Gus Dur.”

      “Walah Mbah Kyai, bagaimana soal ujian berhubungan dengan makam Gus Dur?” tanya Sule.

      “Kalian sudah pernah ziarah ke makam Gus Dur?” Guru Sufi bertanya balik.

      “Hari Sabtu lalu kami ziarah ke Gus Dur, Mbah Kyai,” sahut sule.

      “Bagaimana keadaan peziarah?”

      “Membludak, Mbah Kyai.”

      “Nah, itulah yang bikin sakit hati orang-orang yang anti ziarah kubur dan membenci pengkultusan individuan seseorang. Mereka itu diam-diam marah dan sakit hati melihat “kemunkaran” dalam bentuk penyembahan kuburan seseorang yang dianggap wali oleh masyarakat. Mereka berikhtiar agar “kemunkaran” itu bisa diberantas tuntas,” kata Guru Sufi menjelaskan.

      “Tapi apa hubungannya dengan soal ujian?” tanya Sule belum faham.

      “Lha kalau jawaban ujian itu diyakini kebenarannya, yaitu bahwa Gus Dur lengser dari jabatan presiden karena kasus korupsi dalam Bulogate dan Bruneigate, apa kira-kira yang diyakini para siswa yang menjawab soal itu?” tanya Guru Sufi.

      “Ya mereka akan menganggap Gus Dur koruptor,” sahut Sule mulai memahami.

      “Kalau seseorang sudah distigma sebagai koruptor, mungkinkah orang akan menziarahi makamnya dan bahkan tabbarukan di kuburnya?” tanya Guru Sufi.

       “Woo gitu nggih mbah kyai,” Sule garuk-garuk kepala,”Berarti itu bisa diduga perbuatan penganut agama badui gurun Nejd...”
You have read this article Badui / Gus Dur with the title Badui. You can bookmark this page URL http://khagussunyoto.blogspot.com/2012/12/gus-dur-lengser-dan-badui-nejd.html. Thanks!